TINJAUAN
EKSEGETIS MENGENAI KEMISKINAN DAN KELIMPAHAN BERDASARKAN MARKUS 12:41-44
BAB
I
PENDAHULUAN
Didunia ini banyak
orang yang memberikan dana atau sumbangan untuk riset, orang miskin, dan yayasan.
Sumbangan atau donasi atau derma (Inggris: donation yang berasal dari Latin:
donum) adalah sebuah pemberian pada umumnya bersifat secara fisik oleh
perorangan atau badan hukum, pemberian ini mempunyai sifat sukarela dengan
tanpa adanya imbalan bersifat keuntungan, walaupun pemberian donasi dapat
berupa makanan, barang, pakaian, mainan ataupun kendaraan akan tetapi tidak
selalu demikian, pada peristiwa darurat bencana atau dalam keadaan tertentu
lain misalnya donasi dapat berupa bantuan kemanusiaan atau bantuan dalam
bentuk pembangunan, dalam hal
perawatan medis donasi dapat pemberian tranfusi darah atau dalam hal transplantasi
dapat pula berupa pemberian penggantian organ, pemberian
donasi dapat dilakukan tidak hanya dalam bentuk pemberian jasa atau barang semata akan
tetapi sebagaimana dapat dilakukan pula dalam bentuk pendanaan kehendak bebas.
Kebanyakan
dari sumbangan – sumbangan tersebut adalah berupa dana. Dana tersebut biasanya
dibagikan kepada fakir miskin, orang kurang mampu, janda miskin, anak
terlantar, dan dengan upaya tersebut diharapkan dapat membantu memenuhi
kebutuhan mereka. Dalam hal ini fakir miskin menjadi objek sasaran yang
mendapatkan bantuan tersebut.
Persembahan – persembahan jaman kuno.
Perpuluhan muncul di dalam Alkitab. Maka, ya, perpuluhan
adalah alkitabiah. Tetapi ini bukanlah Kekristenan. Perpuluhan adalah milik
bangsa Israel kuno. Ini secara esensial merupakan pajak pendapatan mereka. Anda
tidak pernah menemukan perpuluhan oleh Kekristenan abad I dalam Perjanjian
Baru.
Banyak orang Kristen tidak memiliki ide tentang apa yang
Alkitab ajarkan mengenai perpuluhan maka marilah kita melihat hal tersebut.
Kata “perpuluhan” secara sederhana artinya sepersepuluh bagian. Tuhan
mengenalkan tiga macam perpuluhan bagi Israel sebagai bagian dari sistem
perpajakan mereka yaitu :
-
Perpuluhan
hasil dari tanah untuk men-support orang-orang Lewi yang tidak memiliki warisan
di Kanaan.
-
Perpuluhan
dari hasil tanah untuk mensponsori festival-festival keagamaan di Yerusalem.
Jika hasil tanah pertanian tersebut sangat berat untuk dijinjing ke Yerusalem
maka mereka dapat merubahnya menjadi uang.
-
Perpuluhan
dari hasil tanah yang dikumpulkan setiap tiga tahun untuk orang- orang Lewi
lokal, yatim piatu, orang asing dan janda-janda.
Memperhatikan bahwa Allah memerintahkan Israel untuk
memberikan 23,3% dari pendapatan
mereka tiap tahun maka sepertinya bertentangan dengan pemberian10% (20% per
tahun dan 10% setiap tiga tahun = 23,3%
per tahun Allah telah memerintahkan 3 macam perpuluhan! Nehemia 12: 44,
Maleakhi 3:8-12, Ibrani 7:5).
Perpuluhan itu dari hasil tanah yaitu benih, buah atau hewan
ternak. Itu adalah hasil tanah bukan uang. Sebuah pararel yang jelas dapat
dilihat antara sistem perpuluhan Israel dan sistem perpajakan modern yang
sekarang ada di Amerika. Israel diwajibkan untuk mendukung pekerja-pekerja
nasional mereka (imam-imam), hari-hari suci mereka (festival-festival), dan
orang-orang miskin di tempat mereka (orang asing, janda dan yatim piatu) dengan
perpuluhan tahunan mereka. Kebanyakan sistem-sistem pajak modern memiliki
tujuan yang sama dengan itu.
Bersama kematian Yesus, semua
upacara dan simbol-simbol agama yang dimiliki orang Yahudi telah dipakukan pada
salib-Nya dan dikuburkan, tidak pernah muncul lagi untuk menghukum kita. Dengan
alasan ini kita tidak pernah melihat orang-orang Kristen memberikan perpuluhan
di dalam Perjanjian Baru. Tidak
pernah kita melihat mereka mempersembahkan kambing domba untuk menutupi
dosa-dosa mereka. Paulus menulis, “Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh
pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan
Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita,
dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa
dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib:
Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan
mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka. Karena itu janganlah
kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai
hari raya, bulan baru ataupun hari sabat; semuanya itu hanyalah bayangan dari
apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.” Kolose 2:13-17.
Perpuluhan dimiliki secara eksklusif oleh Israel di bawah
hukum Taurat. Soal pengelolaan keuangan, kita melihat orang-orang kudus abad
pertama memberi dengan gembira sesuai kemampuan mereka bukan tanggung jawab
yang keluar dari sebuah perintah (ini jelas tertulis di 2 Korintus 8:3-13,
9:5-12. Paulus menulis tentang pemberian: Beri sesuai kemampuan dan kekayaan).
Pemberian di gereja mula-mula adalah sukarela
dan yang diuntungkan dari pemberian tersebut adalah orang miskin, yatim piatu,
orang sakit, janda-janda, orang-orang di penjara dan orang-orang asing.
Sekarang ini terdapat keberatan-keberatan seperti: “Tapi
bagaimana dengan Abraham? Dia hidup sebelum hukum Taurat. Dan kita melihat dia
memberikan perpuluhan kepada Imam Besar Melkisedek. Apakah ini tidak terbalik
dengan argumen Anda bahwa perpuluhan adalah bagian dari hukum Taurat?”. Ada
tiga hal yang seperti menjelaskan hal tersebut:
1.
Perpuluhan
Abraham adalah sukarela sepenuhnya. Bukan sesuatu yang diwajibkan. Allah tidak
pernah memerintahkannya seperti Dia memerintahkan perpuluhan kepada Israel.
2.
Perpuluhan
Abraham berasal dari jarahan yang dia peroleh dari pertempurannya. Dia tidak
memberikan perpuluhan dari pendapatan rejekinya sendiri atau kekayaannya.
Tindakan perpuluhan Abraham tersebut sama seperti kalau Anda memenangkan undian
berhadiah, atau penerimaan sebuah bonus dari pekerjaan, lalu diberikan
sepersepuluhnya.
3.
Perpuluhan
Abraham tersebut hanya sekali terjadi di sepanjang 175 tahun hidupnya di muka
bumi. Kita tidak punya bukti bahwa dia kembali melakukan hal tersebut.
Konsekuensinya jika kita menggunakan Abraham sebagai sebuah pembuktian untuk
argumen kita bahwa orang-orang Kristen harus memberikan perpuluhan.
Ini membawa kita kembali kepada teks
yang seringkali dikutip dalam Maleakhi 3. Apakah yang Allah katakan disana?
Kutipan ini menunjukkan kepada bangsa Israel kuno dimana mereka ada dibawah
hukum Taurat. Saat itu umat Tuhan menahan perpuluhan dan persembahan mereka.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika sebagian besar orang Amerika menolak
membayar sebagian besar pajak pendapatan mereka. Hukum Amerika memandang hal
tersebut sebagai perampasan atau perampokan. Maka kesalahan tersebut akan
ditindaklanjuti dengan hukuman oleh pemerintah karena pencurian tersebut. Hal
yang sama, ketika Israel menahan pajak (perpuluhan mereka) maka mereka sedang
mencuri dari Allah yang telah mewajibkan sistem perpuluhan tersebut. Tuhan lalu
memerintahkan umat-Nya untuk membawa perpuluhan mereka ke dalam rumah
perbekalan/persediaan. Rumah perbekalan / persediaan tersebut lokasinya ada
dalam ruangan bait suci. Ruangan tersebut disediakan untuk menyimpan perpuluhan
(yang adalah produk dan hasil- hasil pertanian, bukan uang) untuk men-support
orang Lewi, orang miskin, orang asing dan para janda.
Tuhan memberi peringatan dalam
Maleakhi 3:5 dengan berkata bahwa Dia akan menghukum orang yang menindas para
janda, anak piatu dan orang asing. Dia berkata: “Aku akan mendekati kamu untuk
menghakimi dan akan segera menjadi saksi terhadap tukang-tukang sihir,
orang-orang berzinah dan orang-orang yang bersumpah dusta dan terhadap
orang-orang yang menindas orang upahan, janda dan anak piatu, dan yang mendesak
ke samping orang asing, dengan tidak takut kepada-Ku, Firman Tuhan semesta
alam.” Janda-janda, anak piatu dan orang asing adalah mereka yang paling berhak
menerima perpuluhan. Karena Israel menahan perpuluhan mereka maka mereka
bersalah telah menindas tiga kelompok orang tersebut.
Persembahan dalam PL dapat juga disebut sebagai
korban. Persembahan kepada Allah untuk memuliakan Dia (korban sajian dan korban
minuman), untuk memelihara persekutuan dengan Dia (korban bakaran, korban
keselamatan dan korban pujian), untuk menebus dosa dan kesalahan (korban
penghapus dosa, korban penebus salah). Pada waktu pentahbisan imam ada
persembahan unjukan dan persembahan khusus. Demikianlah keadaan di Israel
(bandingkan Im 1:1-7:38; Kel 29:24-28). Yesus Kristus mengorbankan diri-Nya
sekali untuk selamanya sebagai korban penebus dosa. Jemaat Kristen dianjurkan
untuk berkorban atas dasar perbuatan Yesus itu (Rom 12:1), khususnya
mempersembahkan korban pujian (Ibr 13:15).
Korban Bakaran adalah Suatu persembahan kepada
Allah. Pada persembahan semacam itu seluruh bagian binatang itu dibakar di atas
mezbah. Pada persembahan-persembahan yang lain hanya beberapa bagian tertentu
saja yang dibakar. Dalam korban bakaran ini ada pedupaan kudus yaitu bahan yang
bila dibakar menghasilkan asap yang harum baunya. Orang-orang Israel memakainya
dalam ibadah.
Korban
Keselamatan adalah suatu korban yang dipersembahkan untuk memperbaiki atau
memelihara hubungan baik dengan Allah. Hanya sebagian dari binatang itu dibakar
diatas mezbah, selebihnya dimakan oleh orang-orang yang datang beribadah atau
oleh para imam.
(1) Hakikinya. Korban adalah sebuah
upacara ritual dan oleh upacara itu dipersembahkan sebuah pemberian kepada
dewa. Korban dianggap sebagai tanda takluk atau tanda penghormatan, sebagai
permohonan berkat dan sebagai penolak malapetaka. Korban bisa bertujuan
melakukan perbuatan silih dan menyingkirkan kenajisan maupun dosa. Menurut
pandangan kuno dikatakan, bahwa manusia mempersembahkan dirinya di dalam korban
kepada Dewa, dengan maksud mengadakan sebuah persekutuan antara pembawa korban
dengan dewanya. Oleh sebab itu selalu ada sebagian dari masalah yang paling
bernilai bagi manusia yang dikorbankan. Di waktu berikutnya baru timbul
benda-benda kurang bernilai atau benda-benda simbolik guna menggantikan
persembahan yang sebenarnya: Binatang
untuk menggantikan pemberian korban.
(2) Di dalam PL. Pada waktu semula
pandangan di Timur-Tengah kuno adalah, bahwa dewa memerlukan makanan. Atas
dasar itu orang percaya, bahwa mereka harus mempersembahkan makanan. Meskipun
religi Yahwe melarang korban manusia, namun pada zaman awal, orang-orang Israel
juga mempersembahkan anaknya sebagai korban pada saat-saat tertentu (Hak
11:29-39; 1Raj 16:34). Waktu bangsa Israel
masih menjadi pengembara, mereka mempersembahkan korban dari ternak
mereka.
Setelah
menduduki tanah Kanaan, timbul waktu transisi dari hidup mengembara menuju
hidup yang menetap, sehingga berubah pula bahan persembahan korban dan upacara
korban itu. Pada saat itu orang juga mempersembahkan hasil pertama dari
buah-buah ladang. Meskipun tidak bisa diragukan akan adanya suatu pengaruh dari
Kanaan, namun hal itu juga sukar pemastiannya. Para nabi tidak mengecam korban
itu sendiri, melainkan mereka kecam bentuk ibadat tertentu yang mengandung
pandangan dan kebiasaan Kanaan. Mereka kecam suatu sikap formalitas, yang
memandang korban tidak lagi sebagai ungkapan ketaatan terhadap kehendak Yahwe
dan terikat kesusilaan dengan kewajibannya. Di dalam Yudaisme di waktu
kemudian, korban semakin dipandang sebagai kewajiban yang dipaksakan oleh
Yahwe. Di dalam Kristus harus dipenuhi peraturan hukumNya secara tertib oleh
orang yang saleh. Undang-undang membedakan korban menurut bahannya dalam:
Korban bakar, Koran api, Korban yang diangkat, Korban yang digerakkan dan
percikan. Kemudian ada pembagian Korban menurut tujuannya sebagai: Korban dosa
dan Korban keselamatan. Akhirnya Korban dibagi pula menurut detik waktu
persembahannya dalam: Korban harian, Korban petang dan Korban pagi.
(3) Di dalam PB. Yesus tidak langsung
menolak Korban. Ia benarkan ajaran para nabi, namun Yoh 4:24 secara
terus-terang bicara tentang penghapusan korban PL; Yesus menubuatkan kehancuran
kenisah dan dengan demikian dinubuatkannya kehancuran ibadat korban. Bagi Yesus
seluruh hukum ada di dalam hukum cinta kasih. Oleh sebab itu Ia mengutamakan
perdamaian dengan sesama daripada orang mempersembahkan korban (Mat 5:23-24).
KematianNya sendiri dijelaskanNya sebagai biaya tebusan dan korban pengganti bagi
semua orang (Mat 20:28).
Paulus menyebut Kristus Anak Domba Paskah, yang
disembelih pada salib (1Kor 5:7), agar oleh darahNya ditebuslah Israel yang
benar dari perbudakan dosa untuk berdamai kembali dengan Allah. Secara
terus-terang surat Ibrani menekankan corak silih dari korban Kristus, yang
melampaui semua korban PL. Di dalam tulisan-tulisan Yohanes, Yesus adalah Anak
Domba Paska, yang menghapus dosa-dosa dunia (Yoh 1:29,36).
Mengarahkan hidup kepada Tuhan tentu saja bukan hanya
sekedar mengikut Dia, tetapi juga memberi hidup kita sebagai persembahan syukur
kepadaNya, karena Dia telah terlebih dahulu mempersembahkan tubuhNya
sebagai korban penebusan bagi dosa kita.
Dalam Perjanjian lama kita sering membaca istilah
persembahan dikategorikan sebagai korban (Qurban), ada yang disebut Korban
bakaran, Korban sajian, Korban keselamatan, Korban dosa, dan Korban kesalahan
(Im 1:1-6:7 ; Im 6:8-7:38).
Jika kita hubungkan dengan makna persembahan yang kita
jalankan dalam gereja masa kini, terlihat berbeda, namun jika diperhatikan
lebih dalam lagi, ke lima jenis persembahan di atas digolongkan pada tiga jenis :
- Korban bakaran dan korban
sajian dipersembahkan selalu bersamaan dan sifatnya dilihat sebagai
pemberian atau persembahan dari pihak manusia pada Allah. Pada bagian ini
tergolonglah korban-korban nazar, korban ucapan syukur dan korban buah
sulung.
- Korban keselamatan adalah
korban di mana sebagian dari yang dikorbankan dimakan juga oleh yang
mempersembahkan, sehingga korban ini lebih bersifat ‘persekutuan’.
Terhadapnya tergolonglah seluruh korban-korban yang bersifat persekutuan.
- Korban ‘penghapus dosa’ dan
korban ‘penebus salah’, keduanya sifatnya adalah korban yang bersifat pendamaian.
Pada PL, inti dari Korban adalah pendamaian dengan
Allah, dan inisiatif pendamaian itu datang dari Allah sendiri (Im 1:1), jadi
pendamaian itu adalah anugrah Allah kepada manusia yang oleh karena kasihnya
memberi kesempatan kepada manusia itu untuk mengakui dan menebus
dosa-dosanya dengan mempersembahkan korban.
Namun pada PB, korban-korban seperti itu dinyatakan berakhir
karena Yesus telah datang dan menjadi korban anak domba Allah untuk menebus
dosa dan menjadi korban pendamain antara mansuia dengan Allah.
Makna
dari korban/persembahan pun berobah dari persembahan pendamaian menjadi persembahan
ucapan syukur, dan terkesan menjadi inisiatif manusia sebagai wujud rasa
terimakasih (syukur) atas berkat Allah yang diterima manusia.
Oleh karena itu kita akan melihat,
ajaran Yesus selanjutnya bukan lagi tentang persembahan dalam rangka PL lagi,
tetapi persembahan dalam jaman yang baru ini. Kebebasan dalam memberi
persembahan menjadi ciri dari jaman baru ini, karena persembahan itu mengacu
pada apa yang Yesus korbankan sebagaimana dirayakan dalam Perjamuan Kudus.
Jemaat bebas untuk memberi seperti Farisi yang memberi sepersepuluh (Mat.
23:23; Luk. 18:12) atau seperti Zakeus yang memberi setengah dari apa yang dia
miliki (Luk. 19:18) atau seperti janda miskin yang memberikan seluruhnya (Mark.
12:44) tergantung pada kebebasan yang diberikan oleh Yesus Kristus.
BAB
II
MARKUS
12:41-44
Ayat 41
Pada
suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana
orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi
jumlah yang besar.
Ayat 42
Lalu
datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu
duit.
Ayat
43
Maka
dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua
orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
Ayat 44
Sebab
mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari
kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."
BAB
III
KEMISKINAN
DAN KELIMPAHAN BERDASARKAN
EKSEGESE MARKUS 12:41-44
Ayat 41
ITB
: Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan
dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu.
Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.
BIS
: Waktu duduk bertentangan dengan kotak persembahan di Rumah Tuhan, Yesus
memperhatikan orang-orang memasukkan uang mereka ke dalam kotak itu. Banyak
orang kaya memasukkan banyak uang;
KJV
: And Jesus sat over against the treasury, and beheld how
the people cast money into the treasury: and many that were rich cast in much.
NAS
: And He sat down opposite the treasury, and began observing how the multitude were
putting money into the treasury; and many rich people were putting in large
sums.
GNT
: Kai. kaqi,saj kate,nanti tou/
gazofulaki,ou evqew,rei pw/j o` o;cloj ba,llei calko.n eivj to. gazofula,kionÅ
kai. polloi. plou,sioi e;ballon polla,\
Pada
suatu kali
Pada suatu kali adalah menunjukkan
tentang kegiatan yang Yesus lakukan dalam perjalanan pengajarannya, ketika itu
Yesus masih mengajar di kawasan Yerusalem yaitu di Bait Suci (Markus 12:35).
Ketika Ia mengajar di Bait Suci maka Ia melihat pemandangan orang – orang yang
memberikan persembahan kepada Allah.
Yesus
duduk
Duduk adalah kebiasaan
yang Yesus lakukan ketika mengajar (Matius 13:2; 15:29; 24:3; 26:55; Markus 4:36;
9:35 dll). Ketika itu Yesus juga duduk di Bait Suci kemudian Ia melihat orang
banyak mempersembahkan persembahan kepada Allah.
Dalam
terjemahan versi BIS, Yesus “duduk bertentangan” dengan peti persembahan yang
berada di Bait Allah. Berarti ketika itu Yesus mengajar dengan duduk
membelakangi peti persembahan, dan ketika Ia menengok kebelakang Ia melihat
orang – orang kaya mempersembahkan dengan berlimpah – limpah. Setelah Ia
melihat banyak orang memberikan persembahan maka Yesus menghadap pada peti persembahan
tersebut dan mulai memperhatikan setiap orang yang mempersembahkan persembahan
bagi Allah.
Hati-Nya mulai tertarik ketika Ia
melihat seorang janda yang miskin mempersembahkan dari harta paling berharganya
untuk dimasukkan kedalam peti persembahan. Meskipun
pada saat itu Yesus sedang sibuk berkotbah menyampaikan pengajarannya namun Ia
sempat melihat dan memperhatikan kejadian sekecil ini dan menjadikannya
pengajaran yang berharga bagi orang – orang yang diajarnya dan juga kepada
murid – muridnya. Dari hal ini dapat dilihat bahwa Yesus begitu tanggap dengan
keadaan di sekelilingnya.
Uang
Uang tembaga yang diberikan janda miskin itu dikenal dalam
bahasa Yunani dengan nama lepta; denominasi terkecil dari uang logam
Yunani yang beredar pada waktu itu. Satu dinar (denarius) senilai
dengan 128 lepta, upah sehari untuk seorang pekerja. Jadi apa yang
dimasukkan sang janda miskin ke dalam peti persembahan itu bernilai 1/64 upah
rata-rata sehari seorang pekerja. Hal ini menunjukkan betapa miskin janda itu.
Mengapa sampai begitu miskin? Kita tidak tahu jawabnya. Yang diketahui
adalah, bahwa pada zaman Israel kuno, apabila seorang suami mati,
warisannya diberikan kepada anak laki-laki tertua dan janda orang yang mati itu
dibuat tergantung pada anaknya itu. Seandainya anaknya itu tidak baik atau
jatuh miskin, maka susahlah hidup sang janda. Dalam bacaan hari ini, walaupun
janda itu begitu miskin, hatinya senantiasa memadahkan kebaikan dan
kasih-setia Allah. Sungguh sebuah kehidupan yang patut diteladani oleh kita
semua. Contoh dari seseorang yang sungguh mengenal Allah-nya, Dia telah
mengalami kasih-setia Allah dan yakin benar bahwa Allah tidak akan pernah
meninggalkannya. Janda miskin ini mempraktekkan ketergantungannya kepada Allah
secara radikal. Hal ini sangat bertentangan dengan sikap orang kaya yang hanya
memberi dari kelebihan harta kekayaan mereka.
Uang dalam
ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat
diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat
diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu
ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara
umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan
jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran hutang. Beberapa
ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.
Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih
mudah daripada barter yang lebih
kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan dalam sistem ekonomi modern
karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama untuk melakukan
pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efisiensi yang didapatkan
dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian
tenaga kerja yang kemudian akan meningkatkan produktifitas dan kemakmuran.
Di Indonesia, kedua jenis uang kartal (yaitu uang kertas
dan uang logam) dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia sebagai bank
sentral mempunyai wewenang dan hak monopoli untuk mencetak dan mengedarkan uang
kertas serta uang logam.
Selain uang kartal, di Indonesia juga dikenal adanya uang
giral. Uang giral adalah alat pembayaran yang sah berupa surat-surat berharga.
Surat-surat berharga ini berupa saldo rekening koran (rekening badan usaha dan
perseorangan) pada bank- bank komersial dan bank-bank yang dapat disamakan
dengan bank-bank komersial, yang setiap saat dapat diambil sebesar nilai
nominalnya. Uang giral muncul karena sulitnya melakukan transaksi dalam jumlah
besar.
Pada awalnya di Indonesia, uang kartal diterbitkan oleh
pemerintah Republik Indonesia. Namun sejak dikeluarkannya
UU No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1, hak pemerintah untuk mencetak uang
dicabut. Pemerintah kemudian menetapkan Bank Sentral, Bank Indonesia, sebagai satu-satunya lembaga yang berhak menciptakan uang
kartal. Hak untuk menciptakan uang itu disebut dengan hak oktroi.
Uang adalah alat yang
bisa digunakan untuk sesuatu yang mulia atau sangat buruk.
John Wesley memberi tiga aturan sederhana menyangkut uang, yaitu:
-
Raih semua yang Anda mampu
-
Simpan semua yang Anda mampu
-
Berikan semua yang Anda mampu
Dalam
dunia Teologi ada dua pandangan ekstrem tentang uang, yaitu:
- Teologi Kemiskinan
Kemiskinan merupakan kenyataan hidup dalam sejarah
manusia, dan YESUS menyatakan bahwa orang miskin akan selalu ada (Mat.
26:11). Namun menurut Injil Matius, si miskin adalah berhak untuk
memiliki Kerajaan Sorga. Sebab ada tertulis, "Berbahagialah orang yang
miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga."
(Mat 5:3). Dan pada masa para rasul, banyak orang Kristen yang menjual hartanya
dan membagikannya kepada mereka yang miskin (Kis. 2:43-47; bnd. Kis. 5:1-11).
Dari kedua nats di atas ini, tidak ada alasan gereja
tidak memperhatikan si miskin. Gereja berfungsi untuk memperhatikan jemaatnya
baik secara jasmani dan rohani. Karena itu, secara kontekstual, ajaran kotbah
Tuhan YESUS di bukit ini (Mat 5-7) sangat mengena bagi kehidupan umat-Nya.
Tujuan YESUS dalam khotbah tsb adalah mengajak orang Kristen yang miskin tidak menjadi
minder, rendah diri, maupun tidak menjadi pengemis untuk menuntut pemberian,
sebab iman Kristenlah yang membawa mereka mewarisi kerajaan sorga.
Jika saat ini masih banyaknya orang-orang miskin,
bukan menjadi alasan untuk tidak mewarisi kerajaan sorga, tetapi juga iman dan
kepercayaan orang Kristen yang menjadi bagian dalam pewarisan kerajaan sorga.
Melalui pemahaman ini, maka orang Kristen yang memiliki kekayaan mau berbagi
dengan mereka yang miskin untuk menjadi saluran berkat dan perwujudan pemeliharaan
Tuhan atas umat-Nya.
- Teologi
Kemakmuran
Teologi Kemakmuran atau Doktrin Kemakmuran (Inggris
Prosperity Theology), yang kadang-kadang disebut pula Teologi Sukses, adalah
doktrin yang mengajarkan bahwa kemakmuran dan sukses (kaya, berhasil, dan sehat
sempurna) adalah tanda-tanda eksternal dari Allah untuk orang-orang yang
dikasihinya. Kasih Allah ini diperoleh sebagai sesuatu takdir (predestinasi),
atau diberikan sebagai ganjaran untuk doa atau jasa-jasa baik yang dibuat oleh
seseorang. Sementara itu, penebusan dosa (yang dalam Kristen dilakukan melalui Yesus
Kristus) yang dilakukan Allah bertujuan untuk memberikan berkat kesuksesan dan
kesehatan.
Teologi Kemakmuran merupakan salah satu teologi
dalam Gerakan Kharismatik, selain ciri lain yang menekankan gerakan roh (setiap
orang bisa dipenuhi Roh Kudus dengan tanda-tanda tertentu dalam hidupnya). Teologi
kemakmuran adalah ajaran tentang kesempurnaan hidup bagi setiap orang beriman
dalam hal ekonomi dan kesehatan. Dalam hal ekonomi, teologinya disebut sebagai
"Teologi Sukses," yang bercirikan pada kesuksesan. Teologi ini
meyakini bahwa seorang Kristen yang diberkati adalah mereka yang sukses dalam
hidupnya. Dalam kesehatan, seseorang yang diberkati Allah selalu sehat dan
sempurna hidupnya, tidak ada cacat, mempunyai kemampuan kesembuhan ilahi.
Teologi Sukses atau Injil Sukses (Gospel of Success) disebut juga Teologi Anak
Raja, dan secara sederhana dapat disebut sebagai ajaran yang menekankan bahwa
“ Allah kita adalah Allah yang Mahabesar, kaya, penuh berkat dan manusia
yang beriman pasti akan mengalami kehidupan yang penuh berkat pula, kaya,
sukses dan berkelimpahan.”
Cara Allah memberi
berbeda dengan cara manusia memberi. Firman memberikan perintah khusus tentang
bagaimana manusia hidup sesuai kehendak-Nya. Tuhan memberkati manusia dalam
ukuran yang tepat sesuai dengan pengajaran Firman-Nya kepada manusia.
Satu hal yang jelas diperintahkan oleh Firman Allah adalah memberi kepada orang
– orang miskin yaitu:
“Diberkatilah
orang yang memperhatikan orang miskin; Tuhan akan meluputkan dia pada masa
kesusahan. Tuhan akan melindungi dia dan memelihara nyawanya; dan ia akan
diberkati di bumi (Maz 41:2-3 terjemahan
KJV)”.
Ketika manusia mampu
melakukan apa yang Tuhan perintahkan yaitu untuk memberi maka Allah tidak akan
pernah membiarkan kita hidup dalam kekurangan. Firman Tuhan menerangkan bahwa
tidak akan kekurangan ketika manusia mampu memberikan dan menolong sesamanya
yang kekurangan.
“Orang
yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin”
(Amsal 22:9).
“Siapa
memberi kepada orang miskin tak akan kekurangan, tetapi yang menutup matanya
akan dikutuki” (Amsal 28:27).
Kotbah:
Tema: Kekayaan yang sebenarnya dalam hidup ini.
Judul: Pandangan Allah terhadap uang
Ketika muncul
pertanyaan “Apakah Allah peduli dengan uang anda?” Jawaban yang tepat ialah “Ya,
Dia peduli.”
Apakah uang itu jahat? Tidak, sebenarnya
cinta uang yang adalah kejahatan, tetapi memiliki uang bukan suatu kejahatan.
Apakah seorang Kristen harus benar-benar
memperhatikan tentang keuangan dalam hidupnya? Ya, 1 dari 5 ayat di Alkitab,
berbicara tentang keuangan dan harta.
Saudara yang dikasihi
Tuhan, berikut akan saya uraikan 4 point tentang bagaimana pandangan Allah
tentang uang.
1.
Cara anda menghabiskan uang anda mencerminkan
juga bagaimana cara anda menghabiskan hidup anda.
Tidak usah dibahas
bagaimana Allah sangat tertarik terhadap cara kita menjalani hidup ini. Tetapi
apakah sebenarnya hidup anda? Hidup anda terdiri dari detik demi detik, menit
demi menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Anda hanya punya sebanyak itu.
Apa yang anda lakukan pada waktu-waktu itu adalah penting bagi Tuhan, karena
hal itu mencerminkan bagaimana cara anda menjalani/menghabiskan kehidupan anda.
Karena kebanyakan
dari kita menghabiskan waktu kita untuk mencari uang, maka bagaimana cara kita
menghabiskan uang adalah mencerminkan bagaimana cara kita menghabiskan hidup
kita.
Markus 12
42: Lalu datanglah
seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.
43: Maka
dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang
memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
44: Sebab mereka
semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya,
semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”
Perhatikan bagaimana
seorang janda mempersembahkan seluruh hidupnya dengan cara mempersembahkan
seluruh hartanya.
Berikut ini adalah referensi kisah lain di
Alkitab:
Luke 8:43
Adalah seorang perempuan yang sudah
dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh
siapapun.
Di mata Allah,
kehidupan dan uang/harta adalah ekivalen/sama. Bagaimana cara anda menghabiskan
uang anda adalah mencerminkan bagaimana cara anda menghabiskan hidup anda.
Renungkanlah hal ini.
Jika anda bekerja selama satu jam untuk mendapatkan Rp 100.000 lalu pergi ke
bar untuk menghabiskan waktu selama satu jam dan menghabiskan Rp 100.000 itu.
Sekarang pertanyaannya berapa sebenarnya waktu kehidupan yang anda pakai
di bar? Jawabannya adalah dua jam! Anda menghabis satu jam di bar dan Rp
100.000 yang anda hasilkan dari bekerja selama satu jam.
Dimana dan buat apa
anda menghabiskan uang anda adalah menjadi perhatian Allah. Sebab bagaimana
anda menghabiskan uang anda adalah sama seperti anda memakai sebagian waktu
yang Tuhan beri untuk kita ketika hidup di bumi ini.
2.
Dimana Anda berhata disitu juga hati Anda
berada.
Uang sejatinya adalah
harta bagi kita. Kita semua bekerja untuk mendapatkannya. Usaha yang kita
jalani untuk mendapatkannya dan apa yang bisa kita tukarkan darinya adalah
sangat berharga untuk kita.
Matius 6:21
Karena di mana hartamu berada, di situ
juga hatimu berada.
Dimana anda menaruh
uang anda, disitu pulalah hati anda berada. Jika anda memiliki uang di pasar
saham, anda akan sangat tertarik dengan apa yang terjadi disana. Hati anda akan
berada di pasar saham. Tetapi jika anda tidak punya uang disana, tentu anda
tidak akan peduli dengan apa yang sedang terjadi disana.
Jika anda membeli
mobil mewah seharga 200 juta rupiah, hati anda akan lebih condong ke mobil itu
daripada orang lain yang hanya membeli mobil tua bobrok seharga 20 juta. Reaksi
anda ketika mobil anda tergores akan jauh berbeda dengan orang lain tersebut.
Jadi Allah sungguh
sangat peduli terhadap dimana harta anda berada, karena disitu jugalah hati
anda berada. Jika hati anda ada pada Tuhan dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan Tuhan, maka tidak diragukan lagi maka anda akan bisa memberi kepada
Tuhan lebih banyak daripada yang lain.
Apa yang anda cintai,
maka waktu anda akan lebih banyak kesana dan anda akan juga berinvestasi
kesana. Tuhan tahu hal ini dan Dia juga memperhatikan kemana anda
menginvestasikan uang anda.
3.
Allah tidak mencintai
uang tetapi Ia tidak membenci uang itu sendiri.
Tuhan tidak benci
kepada uang. Tetapi Dia tidak suka jika anda mencintai uang sehingga
menempatkan Tuhan dan keluarga anda menjadi tidak lebih penting, ataupun bahkan
sampai mau untuk mengorbankan prinsip-prinsip Alkitabiah untuk mendapatkannya.
1 Timotius 6:10
Karena akar segala kejahatan ialah
cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari
iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Karena kita
menghabiskan waktu dan kehidupan untuk mencari uang, dan ketika anda mencintai
uang itu, efeknya jelas bahwa anda akan mencintai diri anda sendiri lebih
daripada yang lain. Hal ini menjadikan kita egois (selfishness) dan serakah
karena uang menjadi hal yang sangat kita butuhkan.
Matius 16:25
Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
memperolehnya.
Kecintaan anda pada
uang akan menyebabkan iman anda jatuh, menempatkan keluarga anda dalam bahaya,
dan membuat anda mau untuk melanggar moral dan nilai-nilai hidup untuk sekedar
mendapatkannya.
4.
Tuhan memakai uang sebagai standar ukuran
untuk melihat apakah anda layak mendapatkan kekayaan yang sesungguhnya.
Tuhan memperhatikan
bagaimana dan untuk apa anda menghabiskan uang anda. Jika anda memakai uang
anda secara bijaksana, bertanggung jawab, maka Tuhan akan memberkati anda
dengan kekayaan yang sesungguhnya dalam hidup.
Jika Tuhan melihat
bahwa kita dapat dipercaya dalam hal keuangan, yang mana hal itu mencerminkan
kehidupan kita, Tuhan bisa juga mempercayai kita untuk sesuatu yang lebih besar
daripada uang.
Lukas 16:10-12
10: “Barangsiapa
setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.
Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga
dalam perkara-perkara besar.
11: Jadi, jikalau
kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan
mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?
12: Dan jikalau kamu
tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu
sendiri kepadamu?
Jadi apakah kekayaan
yang sebenarnya dalam hidup ini? Apakah anda tidak ingin pernikahan anda atau
anak anda menjadi kekayaan yang sesungguhnya dalam hidup ini?
Mungkin kedekatan dan
keintiman dengan Tuhan dapat anda pertimbangkan sebagai kekayaan yang
sesungguhnya, sehingga hal yang lebih daripada uang, seperti Cinta kasih,
Sukacita, Damai sejahtera akan anda dapatkan, dan sebenarnya hal itulah yang
menjadi kekayaan anda sesungguhnya.
Hal-hal ini lebih
berharga daripada uang jumlah berapapun, dan uang tidak dapat membeli mereka.
Tetapi Tuhan memang memakai uang untuk melihat apakah anda dapat dipercaya
untuk menerima harta sesungguhnya ini.
Amin. Tuhan
memberkati.
Kotbah :
Tema : Pemberian
kita
Judul : Pemberian
yang menyenangkan hati Tuhan
Menurut Tuhan kita
“Adalah terlebih berkat memberi dari pada menerima”. Paulus mengatakan kepada
kita di dalam Kisah Rasul 20:35 bahwa Yesus telah menyatakan kebenaran ini
selama Ia hidup di atas bumi. Kita tidak memiliki catatan dalam karangan kitab
Injil bahwa Ia pernah mengatakan hal ini, tetapi melalui ilham, Paulus
mengatakan kepada kita bahwa Yesus mengajarkan prinsip ini. Sesungguhnya adalah
suatu hak istimewa yang mulia untuk memberi apa yang kita miliki bagi suatu hal
yang baik. Dan sangat menarik bahwa Yesus tahu bagaimana seseorang menerima
kebahagiaan. Banyak orang di dunia ini memilih untuk menerima dan mendapatkan
semua yang mereka inginkan tanpa pernah mengembalikannya kepada masyarakat atau
memberikan sesuatu apapun kepada orang lain atau kepada Allah. Bagaimanapun
dalamnya dan kekalnya kebahagiaan, itu tidak akan atau tidak dapat terwujud
tanpa memberi sesuatu yang kita miliki.
Disayangkan bahwa
beberapa orang hari ini memiliki sikap bahwa memberi kepada gereja adalah suatu
kewajiban dan bukan hak istimewa. Beberapa orang akan lebih suka memberi untuk
hal-hal di luar gereja dari pada menolong sesama Kristen. Yang lain lebih suka
memberi suatu jumlah yang sangat sedikit dan berharap setiap orang berpikir
bahwa mereka memberi sesuai dengan apa yang orang itu peroleh. Tetapi tidak ada
perbedaannya, berapa banyak atau sedikit yang kita berikan, jika kita ingin
memberi dengan cara yang berkenan kepada Allah, maka pertama-tama kita perlu
mempersembahkan diri kita kepada Allah. Itu berarti bahwa segala sesuatu yang
kita lakukan, kita harus lakukan untuk Allah dan kemuliaanNya. Dengan sikap
yang demikian, persembahan kita pada hari pertama dalam minggu itu akan kita
berikan sebagaimana mestinya. Tetapi ketika kita tidak mau mempersembahkan diri
kita atau membagi sesuatu dari harta milik kita dengan orang lain, maka kita
akan menemukan diri kita berada dalam masalah rohani yang dalam.
Keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan kita akan jauh dari apa yang Allah
tuntut untuk kita lakukan sebagai muridNya. Persembahan kita harus mencakup
pengorbanan waktu, energi (tenaga) dan uang kita.
Persembahan-persembahan
kita adalah sangat bersifat pribadi, tetapi tidak rahasia. Allah tahu hati
kita, dan Ia akan menyatakan terang-terangan sikap kita pada hari penghakiman,
apakah itu baik atau buruk. Dengan kata lain hal itu bukan suatu rahasia.
Ketika orang tidak ingin memberi kepada Allah, mereka akan bertindak terhadap
orang lain dengan cara yang mendemonstrasikan ketidak-inginan mereka untuk
membagi barang-barang dunia ini dengan orang lain. Kita mungkin berpikir
haruskah kita memberi hanya sedikit kepada Tuhan, karena Allah dan orang lain
tidak mengetahuinya, tetapi tindakan-tindakan kita terhadap kekayaan materi dan
hal-hal yang lain dapat dan akan terlihat. Biasanya, saudara-saudara yang tidak
ingin memberi kepada Allah tidak akan mempraktekkan kekristenan kecuali apabila
hal itu adalah apa yang mereka inginkan.
Raja Daud perlu
mempersembahkan korban kepada Allah dalam 2 Samuel 24 dan sahabat Daud, Araunah
menawarkan dengan cuma-cuma kepada Daud, tempat untuk mempersembahkan korban
dan binatang-binatang yang harus dikorbankan. Tetapi Daud mengetahui bahwa
persembahan atau korbannya tidak akan berkenan kepada Allah jika dia “tidak
membayar apa-apa” (2 Samuel 24:24). Sikapnya terhadap Allah dapat dilihat dari
tindakan-tindakannya.
Ada seorang janda
miskin pada zaman Yesus yang memasukkan dua peser ke dalam peti persembahan di
bait Allah. Markus mencatat dalam kitab Markus 12:41-44, bahwa Yesus lebih
menghormati persembahan janda miskin itu dari pada persembahan orang kaya yang
memasukkan banyak uang ke dalam peti persembahan itu. Mengapa? Prinsipnya dapat
terlihat dengan jelas disini. Apa yang kita persembahkan kepada Allah
menyatakan sikap kita terhadap Allah. Allah mengetahui hati (sikap) kita
terhadapNya berdasarkan atas berapa banyak yang kita berikan dari waktu, energi
dan uang kita. Jika kita mempersembahkan diri kita sebagaimana hal itu adalah
suatu korban yang semestinya bagi kita, Allah tahu kita mengasihiNya, tetapi
jika kita mempersembahkan sisa dari yang kita peroleh, maka Allah juga tahu
hati kita. Dan Ia tahu bahwa kita hanya memberi sesuatu yang bersifat
kewajiban. Janda miskin memberikan seluruh nafkahnya, orang kaya memberikan apa
yang tersisa setelah mereka terlebih dulu menggunakan sebagian besar dari uang
itu untuk diri mereka sendiri.
Yang manakah Anda?
Apakah Anda seperti seorang janda miskin atau orang kaya? Ingatlah bahwa
Abraham mempersembahkan putranya, Ishak kepada Allah. Maukah Anda dengan rela
melakukan itu?
Di Yerusalem, ketika
gereja mula-mula berdiri, anggota-anggota gereja saling berbagi harta milik
mereka satu sama lain. Mereka memberikan harta milik mereka supaya
anggota-anggota dapat terus dikuatkan dalam pengajaran dan orang-orang sesat
dapat mendengar Injil, dan mereka melakukan hal itu dengan suka-rela. Allah
maupun rasul-rasul tidak menuntut supaya mereka memberikan seluruh harta milik
mereka demi kebaikan dalam gereja, tetapi mereka melakukannya. Sikap mereka
yang mendorong mereka melakukan hal ini. Tolong perhatikan Kisah Rasul 4:31-37.
Kita semua telah
membaca kisah tentang Ananias dan Safira di dalam Kisah Rasul 5:1-10. Mereka
seperti halnya semua anggota gereja di Yerusalem, memiliki kesempatan baik yang
sama untuk memberi. Mereka menyatakan sikap mereka ketika mereka berbohong
mengenai persembahan mereka. Ananias dan Safira ingin agar anggota-anggota yang
lain dan para rasul berpikir bahwa mereka mengasihi gereja sama seperti anggota-anggota
lain, tetapi sikap mereka bukanlah kasih terhadap gereja. Mereka lebih
mengasihi hal-hal materi dari pada kasih untuk mengikuti Allah. Seseorang
melanggar Firman Allah dengan berbohong, dan itu membuktikan bahwa sikapnya
tidak menghormati Allah dan FirmanNya.
Paulus menulis
tentang persembahan suka-rela yang diberikan oleh saudara-saudara dari
Makedonia. Mereka memberi lebih dari pada yang dia harapkan. Dia tahu mereka
miskin, tetapi mereka memberi melampaui kemampuan mereka, menurut Paulus dalam
2 Korintus 8:3. Dengan kata lain, mereka memberi hingga itu melukai mereka
secara finansial. Sudah pernahkah Anda melakukan itu? Bagaimanakah seseorang
dapat mengorbankan begitu banyak uang yang mereka sendiri tidak tahu apakah
mereka akan mempunyai cukup uang untuk membeli makanan? Persembahan seperti itu
datang dari sikap kasih kepada Alah di atas segalanya. Jika seseorang
mempersembahkan dirinya kepada Allah, maka orang itu akan rela mengorbankan
berapapun jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan Kristus.
Mempersembahkan diri kita kepada Allah berarti kita menerima fakta bahwa segala
hal mengenai saya dan segala sesuatu yang saya miliki adalah milik Allah dan
harus digunakan untuk memuliakan Dia.
Beberapa anggota
jemaat memberi seperti orang kaya yang memberi persembahan dalam Markus 12:41,
42. Mereka menghabiskan uang mereka untuk apa saja yang membuat mereka senang,
dan jika mereka memiliki sisa dari uang itu, barulah Allah akan menerima
sebagian. Apakah ini yang dinamakan mengutamakan Allah? Ingatlah perkataan
Tuhan kita, “Carilah dahulu kerajaan Allah ....” (Matius 6:33). Ketika kita
memberi persembahan kepada Allah dengan apa yang tersisa dari kelimpahan kita,
apakah ini mendemonstrasikan sikap kasih terhadap Allah? Atau apakah ini mendemonstrasikan
suatu sikap bahwa kita memberi karena kewajiban?
Anda tidak dapat
menyembunyikan sikap dan perasaan Anda tentang Allah dan kerajaanNya dari Allah
sendiri dan saudara-saudara yang lain. Karena persembahan Anda akan mengatakan
siapa Anda. Persembahan Anda akan mengatakan kepada Allah dan orang lain apa
yang sesungguhnya Anda pikirkan tentang hal-hal rohani.
Ingatlah, “Orang yang menabur sedikit, akan
menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan
sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan
sukacita” (2 Korintus 9:6, 7).
Kebahagiaan yang
besar datang karena memberi, bukan karena menerima. Jadi mari kita belajar
untuk memberi yang terbaik bagi Tuhan kita dengan memberikan dari ketulusan
hati kita. Selamat memberi. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Peti
persembahan
Pada jaman itu, peti
persembahan diletakkan di luar pintu masuk bait Allah, yang sebenarnya diperuntukkan untuk orang-orang miskin (seperti kotak amal). Dan biasanya yang memasukkan uang ke dalam kotak itu
adalah orang-orang kaya, mereka
memberi amal bagi orang-orang miskin, dan itu wajar. Namun, nats ini memberi suatu gambaran yang
berbeda dimana seorang janda
miskin juga memasukkan uang ke kotak itu yang notabenya janda miskin
inilah yang menerima hasil pengumpulan uang dalam kotak tersebut.
Memperhatikan
Memperhatikan adalah
melihat dan mengamati apa yang menjadi fokus penglihatannya. Yesus memperhatikan
orang – orang yang memasukkan persembahannya kedalam peti persembahan, berarti
Yesus mengamati penampilan, dan jumlah uang yang orang – orang tersebut
masukkan ke dalam peti persembahan.
Lebih dalam dari pada
itu sebenarnya Yesus melihat sikap hati orang – orang yang memberikan
persembahan tersebut. Yesus mampu menilai orang yang memberikan dengan
ketulusan hati dan orang yang memberikan dengan hanya sekedar sebagai kebiasaan
belaka. Dan Ia memuji ketulusan janda miskin yang pada waktu itu mempersembahkan
dua peser yang merupakan seluruh nafkah janda ini. Janda ini mempersembahkan
seluruh harta yang Ia punyai untuk Allah dan itu yang Yesus berikan reword atau penghargaan tinggi.
Orang
kaya
Orang yang disebut kaya
disini mengandung pengertian orang yang memiliki harta banyak, budak, ladang,
rumah, ternak, pakaian bagus, dan persembahan yang banyak pula. Kaya disini
dinilai dari apa yang orang – orang lihat dalam pemandangan didepan mata mereka
bukan apa yang sesungguhnya ada didalam hati.
Berikut adalah daftar orang – orang terkaya di Indonesia versi Forbes 2011:
1. Michael
Hartono, 71, US$5 miliar rokok dan perbankan
2. R. Budi
Hartono, 70 tahun, US$5 miliar rokok dan perbankan
3. Low Tuck Kwong, 62, US$3.6 miliar batu bara
4. Martua Sitorus, 51, US $2.7 miliar kelapa sawit
5. Peter Sondakh, 59, US$2.4 miliar investasi
6. Sri Prakash Lohia, 58, US$2.1 miliar polyester
7. Kiki Barki, 71, US$2 miliar batu bara
8.
Sukanto Tanoto, 61, US$1.9 miliar
beragam
9. Edwin Soeryadjaya, 62, US$1.6 miliar batu bara
10. Garibaldi Thohir, 45, US$1.5 miliar batu bara
Jumlah
yang besar
Jumlah
yang besar adalah berbicara mengenai nilai yang besar. Nilai disini adalah hal
apa yang telah dikorbankan oleh seseorang untuk rela memberikan. Akan lebih
sulit orang kaya untuk mempersembahkan hartanya yang sangat banyak dari pada
orang miskin yang hanya memiliki sedikit harta. Hanya ada dua pilihan pada
janda yang mempersembahkan saat itu yaitu uang yang ada padanya itu ia gunakan
untuk kebutuhan makannya satu hari itu atau ia berikan untuk persembahan dan
resikonya adalah ia menanggung kelaparan. Nampaknya janda ini memiliki iman yang besar sehingga
ia merelakan seluruh nafkah yang ia punyai untuk dipersembahkan. Mengingat bahwa persembahan yang ada dalam
peti persembahan tersebut adalah diperuntukkan bagi janda – janda miskin dan
orang – orang miskin lainnya. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa janda
miskin yang mempersembahkan nafkahnya ini memiliki jiwa sosial atau kepedulian
sosial yang tinggi bagi orang – orang lain yang mengalami nasib sama seperti
dirinya.
Allah
memberikan kepada kita dalam jumlah yang besar dan Allah mengharapkan kita juga
mempersembahkan apa yang kita dapat dari-Nya itu sesuai dengan ketulusan hati. Allah
mengajarkan supaya dengan berkat yang besar kita juga mampu mempersembahkan
sesuai dengan kemampuan dan kemaksimalan yang kita mampu. Dengan demikian
ketulusan seseorang dalam mempersembahkan adalah hal yang penting dalam
memberikan persembahan. Sebenarnya esensi dari pengajaran Yesus tentang
persembahan janda miskin ini ialah bukan jumlah persembahannya namun hati yang
tulus mempersembahkan.
Ayat 42
ITB
: Lalu datanglah
seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.
BIS
: Lalu seorang janda yang miskin datang juga. Ia memasukkan
dua uang tembaga, yaitu uang receh yang terkecil nilainya.
KJV
: And there came a certain poor widow, and she threw in two
mites, which make a farthing.
NAS
: And a poor widow came and put in two small copper coins, which amount to a
cent.
GNT
:
kai. evlqou/sa mi,a ch,ra
ptwch. e;balen lepta. du,o( o[ evstin kodra,nthjÅ
Seorang
janda
Arti kata janda menurut kamus bahasa Indonesia ialah wanita yang
tidak bersuami lagi karena bercerai ataupun karena ditinggal mati suaminya. Menurut
adat Yerusalem janda dapat dibedakan tiga macam: janda yang tak perlu ditolong
oleh jemaat sebab mereka masih mempunyai kaum kerabat, 1 Timotius 4:4; janda yang perlu dibantu oleh jemaat, oleh karena benar-benar janda
seorang diri di dunia, 1 Timotius 3,4,6; janda yang entah ditolong atau tidak oleh jemaat, dipanggil untuk
menunaikan tugas resmi dalam jemaat, asal mereka memenuhi syarat-syarat yang
agak keras, 1 Timtius 5: 7-19.
Seorang janda yang tak mempunyai anak dibolehkan kawin dengan
saudara suaminya yang telah meninggal, atau dengan seorang sanak saudara sang
suami almarhum untuk mempertahankan nama keluarga dan warisan, Ulangan 5: 5-10. seorang imam tidak dibolehkan kawin dengan seorang perempuan
janda. Imamat 21:14.
Dalam tradisi Yahudi,
yang didominasi laki-laki, maka kedudukan perempuan ada dibawahnya. Apalagi
janda, mereka termasuk perempuan tidak berdaya. Jarang ada laki-laki yang mau
menikahinya karena bila mendapatkan keturunan maka anak tersebut justru
meneruskan garis keturunan almarhum suaminya, bukan menjadi anak dari suami
barunya. Bahkan bisa dikatakan pembawa sial karena dianggap membawa kematian
bagi suami. Maka kalau dalam bacaan lalu orang Saduki menanyakan posisi
laki-laki yang mengawini seorang perempuan dan selalu mati, secara tidak
langsung menghakimi bahwa perempuan tersebut pembawa sial karena membut para
laki-laki tidak jelas statusnya.
Status diberkati Allah juga dinyatakan dengan ‘keberadaan’
harta duniawi dalam tradisi Yahudi. Mereka yang kaya saluran berkat Allah
mengalir (Ulangan 28). Sehingga orang miskin dinyatakan terkutuk, tidak
mendapat berkat Yahwe. Sehingga kedudukan orang miskin adalah paling belakang
dalam pandangan orang Yahudi.
Setelah sekian lama dan hampir setiap kali Yesus mengajar dan
memberitakan
Injil-Nya, di Bait Allah, kali ini Yesus mengamati orang-orang yang
memasukkan persembahan di peti persembahan (1). Orang-orang kaya memasukkan
persembahan mereka. Kemudian seorang janda miskin memasukkan juga
persembahannya, yang hanya berjumlah dua peser. Jumlah yang sangat minim
bila dibandingkan dengan persembahan orang-orang kaya. Inilah kemudian yang
di komentari oleh Yesus. Jika dikaitkan dengan perikop sebelumnya,
dicantumkan bahwa ahli-ahli Taurat menelan janda-janda, artinya mereka tega
menekan kehidupan janda-janda yang miskin, tetapi janda miskin yang berada
di Bait Allah itu mempersembahkan apa yang terbaik yang ia punyai, yaitu
seluruh miliknya (4). Ia memberikan tanpa rasa khawatir akan kehabisan uang
untuk membiayai hidupnya sepulang dari Bait Allah. Sungguh suatu kontras:
janda miskin memberi dari kekurangannya, orang-orang kaya memberi dari
kelebihannya. Janda miskin memberikan seluruh miliknya meski hanya berjumlah
dua peser, orang-orang kaya itu memberikan sebagian kecil saja dari
miliknya, walau jumlahnya lebih besar dari jumlah persembahan si janda.
Maka Yesus menyorot hati manusia lebih dalam ketika
memberikan persembahankepada Tuhan. Bagi orang yang berkelimpahan, tentu tidak sulit
memberi dalam jumlah banyak, karena itu masih sebagian kecil dari milik mereka.
Persoalan akan jadi berbeda, ketika orang hanya memiliki sedikit harta. Apakah
masih bersedia memberi dalam jumlah banyak? Namun tidak tertarik pada jumlah persembahan
yang kita beri. Dia lebih tertarik pada motivasi hati yang mendorong
persembahan tersebut. Mari kita belajar untuk memberi persembahan tanpa
hitung-hitungan, tetapi dengan tulus sebagai ucapan syukur atas berkat dan
pemeliharaan Tuhan.
Pandangan Alkitab terhadap
janda adalah secara umum para janda berada pada posisi orang-orang lemah yang
patut di lindungi Dalam PL ada beberapa hal penting yang menyinggung tentang
kepedulian terhadap janda, yaitu :
1. Disejajarkan
dengan orang-orang yang tidak mampu (Kel 22 : 22).
2. Layak
mendapat perlindungan (Ulangan 10 : 18) dan penghiburan (Ayub 29 : 13).
3. Allah
adalah pelindung dan pembela para janda (Maz 68 : 6 ; Amsal 15 : 25).
Dalam PB dapat kita lihat seperti dibawah ini :
1. Para
janda tidak bisa diabaikan (Kis 6 : 1)
2. Para
janda harus dihormati dan layak mendapat kunjungan (I Timotius 5:3; Yak 1 : 27).
3. Janda
itu sendiri wajib menjaga kehormatan dan kekudusan dirinya (I Tim 5 : 14 )
Tuhan Yesus sendiri
menegor orang-orang munafik dan tindakan yang tak terpuji dari orang Farisi karena
menelan rumah janda-janda, dengan berpakaian kehormatan mereka mengambil
keuntungan dari kelemahan para janda dan tidak mampu memberikan perlindungan
(Mark 12 : 40). Mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang tetapi
hatinya jahat. Yesus mengangkat topik "janda miskin yang tulus hati”
datang kerumah Tuhan membawa persembahan. Dalam penglihatan Yesus
"janda" itu sendirian saja mempersembahkan seluruh miliknya kepada
Allah Dia yakin akan campur tangan Allah yang terus menerus memelihara hidupnya.
Allah yang diyakininya mampu memberikan perlindungan kepadanya Janda itu tidak
menjadikan "kemiskinannya” menjadi alasan untuk menghentikan langkahnya
datang ke rumah Tuhan membawa persembahan. Menurut pengamatan Yesus persembahan
sebesar 2 peser (Yun : Lepta, mata uang tembaga yang paling kecil nilainya),
jauh lebih berharga dari pada semua uang yang dimasukkan kedalam peti
persembahan.
Hal sepatutnya
diperoleh seorang janda dari masyarakat di sekitamya adalah seorang janda dalam
lingkungan masyarakat dimana dia tinggal, tidak selamanya dikategorikan miskin,
sebab adakalanya penghasilan seorang janda karena ketrampilan yang dimiliki
menjadikan kehidupannya lebih sejahtera dari keluarga yang masih utuh
(suami-isteri yang masih lengkap). Justru para janda yang sudah lama ditinggal
suami banyak diantara mereka mengalami pertolongan Tuhan yang luar biasa karena
keteguhan hatinya yang selalu berserah kepada Tuhan. Demikian juga janda yang
ditinggal suami dalam keadaan terhitung mampu, namun demikian para janda wajib
dilindungi.
Kesejahteraan hidup
seorang janda tidak hanya dilihat dari kepemilikan barang-barang dunia (wujud
bendawi) saja, sebab dengan memiliki semuanya itu bukan berarti seorang janda
bebas dari ancaman kejahatan dan penderitaan, Paulus menyarankan para janda
“yang benar-benar" (janda yang tidak punya sanak saudara) harus giat dan
mantap dalam kewajiban-kewajiban gereja, wajib diberi tugas khusus dan menjadi
tanggung jawab gereja. Daftar janda harus dibuat, yang didaftarkan hanya mereka
yang berusia 60 tahun dan telah terbukti bekerja dengan baik, misalnya :
mengasuh anak, bersedia memberi tumpangan dan menolong saudara seiman yang
kesusahan (1 Tim. 5:9- 10). Secara garis besarnya kita sudah melihat
penderitaan para janda yang hidup miskin maupun yang tergolong dalam kategori
keluarga mampu, namun demikian penderitaan yang mereka alami tetap saja ada,
untuk itu disarankan dari pihak gereja dan masyarakat setempat harus memberikan
simpati dan perlindungan. Beberapa alasan ini sangat mendukung seorang janda
miskin tidak wajib membawa persembahan kerumah Tuhan sebab mereka adalah
tanggungan Gereja. Tetapi ketulusan seorang janda miskin yang membawa
persembahan senilai “dua peser" mendapat nilai tertinggi dimata Tuhan
Yesus dibandingkan dengan semua persembahan yang ada dalam tempat persembahan
dirumah Tuhan.
Di Indonesia, perempuan
telah diakui hak asasi manusianya yang disejajarkan dengan hak laki – laki. Namun
tidak ada definisi tunggal dan jelas tentang hak asasi manusia karena konsep
hak asasi sendiri selalu berkembang
terus dan tidak statis. Dalam pasal 1 (3) Piagam PBB yang mengatakan bahwa
tujuan organisasi ini ialah untuk mempromosikan hak asasi dan kebebasan –
kebebasan fundamental manusia, namun Piagam ini tidak mendefinisikan mengenai
arti hak asasi manusia itu. Demikian juga dengan Deklarasi Hak Asasi Manusia
1948 (yang dikenal pula sebagai International Customary Law) tidak
mendefinisikan tentang hak asasi manusia itu kecuali hanya menjamin dalam
Deklarasi tersebut. Haal yang sama juga terjadi dalam Konvenan – konvenan
Internasional yang dikeluarkan PBB kemudian.
Sama halnya dengan
definisi hak asasi manusia, maka tidak ada referensi khusus yang dapat diacu
bagi hak – hak perempuuan baik dalam Deklarasi, Konvenan Hak Sipil dan Politik
maupun Konvenan Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Hampir semua instrumen tersebut
secara implicit memasukkan perempuan pada konteks persamaan (equality).
Pendekatan ini disebut sebbagai
pendekatan Unisex.
Konsepsi unisex hak
asasi manusia ini mengasumsikan bahwa laki – laki dan perempuan mempunyai
aspirasi yang sama tentang hak dan kebebasan fundamentalnya dan tidak ada
sesuatu yang unik diantara keduanya. To be continue..
Bahan Kotbah:
Tema: Berserah kepada
Tuhan, Kamu Akan Ditolong-Nya
Nats: Markus 12:41-44
Dalam
tayanyan salah satu TV suasta tanggal 28 Februari 2011 mengenai acara “Tolong”.
Memperlihatkan hal yang sangat menggelitik. Pertama seorang anak mendatangi
tempat-tempat ramai meminta bantuan dengan membawa tempat amal. Ia mendekati
orang-orang yang “mampu” (karena mempunyai kenderaan sepeda motor, mobil,
berpaain bagus), namun tak seorang pun yang memberikan. Akhir dari tayangan
tersebut, anak tersebut bertemu dengan seorang ibu setengah tua pemulung dengan
seorang anak yang kecil digendong. Ketika diminta pertolongannya, ternyata ibu
itu merespons dan memberikan uang yang ada padanya. Dan akhirnya kru RCTI
memberi hadiah.
Dari
ilustrasi diatas dapat kita lihat bahwa terkadang orang yang lemah (miskin)
lebih memiliki sikap kepedulian yang lebih besar dari pada orang yang kaya atau
berkecukupan.
Sebagai
orang yang sudah menerima anugerah sudah selayaknya meberikan persembahaan
sebagai ungkapan rasa syukur. Umat Isarel adalah bangsa yang mendapat anugerah
menjadi bangsa pilihan. Bangsa yang sangat mengenal sejarahnya “bisa hidup di
tanah kanaan hanya oleh karena kasih anugerah Tuhan.” Itu dapat kita pelajari
dari pengalaman bangsa ini keluar dari tanah Mesir .
Memberikan
persembahan merupakan suatu “hakekat” orang Isarel, sehingga di rumah-rumah
ibadah disiapkanlah peti persembahan. Bagi kalangan tertentu di Israel
memberikan persembahan merupakan hal yang biasa, sehingga sudah kehilangan
makna sesungguhnya persembahan tersebut, bahakan ada yang memberi persembahan
utuk mencari pengakuan bahwa dia orang yang benar, saleh, dermawan, orang
berada dan lain sebagainya. Ada banyak orang yang memberikan persembahan dengan
motivasi yang berbeda dari ungkapan iman.
Ayat
41-43 menjelaskan bahwa Yesus memperhatikan dan menilai setiap orang yang
memberikan persembahan. Penilaian Yesus tentang persembahan itu bukan
berdasarkan “jumlah persembahan (banyak atau sedikit)” tetapi motivasi. Ketika
kita memberikan persembahan Yesus memperhatikan suasana hati kita, motivasi,
cara memberikan persembahan. Banyak orang yang neranggapan kalau dia memberikan
persembahan dalam jumlah yang banyak sudah pasti berkenan di mata Tuhan.
Sehingga Yesus mengatkan kepada murid-murid-Nya bahwa persembahan janda miskin
itu lebih banyak dari semua yang memasukkan uang kedalam peti persembahan.
Sedangkan
ayat 44 Merupakan alasan bagi Yesus mengatakan bahwa persembahan janda itu
lebih banyak daripada persembahan orang kayak arena “Mereka memberi dari
kelebihannya tetapi janda miskin memberi dari kekurangnnya, semua yang ada
padanya adalah selutuh nafkahnya” Janda miskin ini memberikan persembahan dari
“semua” yang dia miliki. Dia memberikan 2 peser, artinya jika dia mau
memberikan lebih sedikit masih bisa dia lakukan, dia bisa memberikan 1 peser,
tetapi bukan itu yang dia lakukan di memberikan seluruh yang dia miliki,
sehingga Yesus mengatakan persembahan janda itu jauh lebih banyak dari
persembahan orang lain yang hanya mempersembahakan sesuatu dari kelimpahannya.
Beberapa hal yang kita pelajari dari kisah persembahan janda miskin ini ialah:
(1)
Janda miskin itu telah memberikan seluruh nafkahnya, itu adalah merupakan
gambaran bahwa dia sudah “melepaskan diri dari ketergantungan terhadap uangnya”
dan sungguh-sungguh menyerahkan dirinya kepada pemeliharaan Tuhan. Mungkin ini
adalah tegoran bagi semua umat manusia yang sering memberikan persembahan
tetapi sebenarnaya bukan menggantungkan diri kepada Tuhan. Menggantungkan rasa
aman dan tentram “deposito”, sehingga kita juga sering memberi persembahan
“sesuatu” dari kelimpahan kita
(2)
Janda miskin itu memberikan persembahan sebagai “korban” karena tidak ada lagi
uang padanya utnuk membeli makanan pada hari itu. Tetapi bagi orang kaya belum
menjadi “korban” walaupun dia memberi banyak, karena dari sisi uangnya dia
masih bisa makan di “restoran-restoran” mewah.
(3)
Janda miskin itu menggantungkan (menyerahkan) hidupnya kebawah pemeliharaan
Tuhan walupun dia tidak memiliki apa-apa dia tidak merasa khawatir, karena dia
memiliki Tuhan yang akan menolongnya.
(4)
Siapa yang menyumbangkan banyak dari miliknya yang banyak ia berbuat baik,
tetapi apa yang dilakukan oleh janda miskin adalah lebih baik. Alberto Hurtado
i Chili :”berikanlah, sampai itu menyakitkan”. jadi memberikan persembahan yang
benar bukan dalam “zona aman” tetapi sampai kedalam pergumulan yang teramat
dalam sehingga bersamaan dengan persembahan itu kita menyerahkan hidup kita
pada pemeliharaan Tuhan dan terus pengahrapkan pertolongan-Nya.
(5)
Hindarilah kemunafikan ketika kita memberikan persembahan, karena Tuhan menilai
hati kita bukan jumlah persembahan kita, bencilah kejahatan.
(6)
Tuhan akan menolong orang yang berserah kepada-Nya, oleh karena itu jangan
takut, tidak ada orang yang bertambah miskin karena memberikan persembahan
kepada Tuhan.
Oleh
sebab itu mari kita bersama belajar untuk memberi kepada yang membutuhkan dan
juga memberikan kepada Tuhan apa yang menjadi hak-Nya Allah. Dengan demikian
kehidupan kita akan menjadi lebih baik dan bertumbuh kearah yang lebih positif.
Ingat Allah selalu memperhitungkan apa yang kita kerjakan bahkan apa yang kita
berikan kepada-Nya dan Ia akan mengembalikan kepada kita apa yang menjadi hak
kita sebagai anak – anak-Nya. Amin. Tuhan Yesus Memberkati.
Bahan Kotbah:
Tema: Peduli pada
yang lemah
Nats: I Tim 5:3-6
Saat ini kita hidup di jaman teknologi yang membawa suatu pesan tersendiri
dalam kehidupan masyarakat, yaitu efektif dan efisien. Orang mengupayakan
bagaimana suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Hal ini
membuat seseorang kemudian akan memilah-milah mana pekerjaan yang penting, yang
memiliki potensi, serta menghasilkan keuntungan atau memiliki prospek tertentu.
Tidak salah kita ingin waktu dan tenaga kita yang terbatas serta pikiran kita
yang juga tidak tanpa batas, digunakan dengan efektif dan efisien, sehingga
menghasilkan buah pelayanan yang maksimal. Namun bagaimana dengan bidang
pelayanan yang kita lihat sepertinya tidak penting serta tidak mempunyai
potensi untuk dikembangkan? Atau orang-orang yang terbatas potensinya, seperti
janda-janda dalam bacaan kita tadi. Bagaimana kita melihatnya dan menyikapinya?
Suatu hal yang menarik tampak dalam perikop yang kita renungkan bersama di
hari ini. Paulus, seorang rasul besar, mengajar Timotius, seorang gembala di
kota besar, agar dapat mengurus jemaat dengan baik. Dalam menggembalakan jemaat,
tidak saja ia harus memperhatikan bagaimana memilih dan membentuk pemimpin
jemaat, orang-orang muda dan dewasa, namun juga janda-janda. Tentang
janda-janda ini tidak hanya disebutkan secara sekilas namun diulas secara
panjang lebar, walaupun nampaknya pelayanan ini tidak potensial. Hal apakah
yang Paulus ingin ajarkan?
Yang pertama, apakah yang dimaksud dengan ‘janda’ di sini? (Yang ditegaskan dengan
kalimat ‘janda-janda yang benar-benar janda-janda’.)
Memang kata
“janda” memiliki pengertian dasar seorang wanita yang hidup tanpa suami. Namun
seorang janda yang benar-benar janda bukan sekedar seorang wanita yang
ditinggal oleh suaminya, namun dimengerti sebagai seorang yang sendiri, yang
mengindikasikan bahwa tidak ada seorang yang dapat menolong dia.
Pada jaman itu, janda-janda berada dalam posisi sangat sulit karena
pekerjaan bagi seorang wanita tidak dengan mudah tersedia. Mungkin beberapa di
antara mereka dapat menerima pertolongan melalui keluarga atau teman-temannya,
tetapi banyak yang hidup dalam kemiskinan, karena tidak menerima warisan.
Mereka hidup tanpa pensiun, tidak ada jaminan sosial, tidak ada asuransi jiwa
dan sedikit penghargaan bagi wanita yang bekerja, sehingga janda-janda biasanya
tidak dapat mensuport diri mereka sendiri.
Tidak hanya
demikian, Paulus menambahkan bahwa seorang janda yang benar-benar janda itu
juga memiliki pengertian bahwa:
-
Ia ditinggalkan seorang diri dan
-
Ia percaya kepada Allah
-
Ia mengasihi Allah.
Bukan janda yang hidup mewah (mampu
mencukupi kebutuhannya sendiri) dan berlebih-lebihan, yaitu janda memiliki
harta namun yang hidup bagi dirinya sendiri.
Hal yang kedua adalah bahwa kepada janda-janda yang seperti itulah
Paulus memerintahkan kepada Timotius untuk melakukan sesuatu, yaitu hormatilah.
Kata ini dalam terjemahan yang lain memiliki pengertian memberi penghargaan
yang pantas/ tepat.
Janda-janda (bersama dengan orang asing dan anak yatim) sejak jaman PL
telah mendapat perhatian khusus bahkan oleh Allah sendiri, dikatakan: TUHAN,
Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, yang besar dan dahsyat itu membela
hak anak yatim dan janda. (Ul. 10:17) Dan pembelaan-Nya itu dinyatakan dalam
hukumNya: Tuhan melarang orang Israel untuk mengambil pakaian seorang janda
sebagai gadai (Ul. 24:17).
Bahkan ketika orang Israel menuai ladangnya, lalu terlupa seberkas di
ladang, mereka tidak boleh mengambilnya. Atau ketika mereka memetik buah pohon
zaitun, dengan memukul-mukulnya atau menggoyang-goyangkannya, mereka tidak
boleh memeriksa dahan-dahannya sekali lagi. Karena itu bagian dari orang asing,
anak yatim dan janda. (Ul. 24:19-21).
Perpuluhan yang mereka persembahkan, itu harus diberikan tidak hanya bagi
orang Lewi, tetapi juga orang asing, anak yatim dan kepada janda, supaya mereka
menjadi kenyang. (Ul. 26:12) Juga dalam Mazmur 68:5 dikatakan bahwa Allah itu
Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda.
Dalam jaman Perjanjian Baru, hal ini juga berlaku. Tuhan Yesus memberikan
perhatian kepada para janda. Ia membangkitkan anak seorang janda (Luk. 7:
11-12). Bahkan Ia menegur ahli-ahli Taurat dan orang Farisi, mereka
dikatakan menelan rumah janda-janda (Mat. 23:14).
Kebiasaan memperhatikan janda-janda ini diteruskan pada jaman gereja
mula-mula yang tampak dalam Kisah 6:1 – Dikatakan bahwa kedua belas rasul itu
tidak merasa puas, karena melalaikan firman Allah dalam hal melayani kebutuhan
jasmani janda-janda. Sehingga mereka memilih 7 orang secara khusus untuk
melayani.
Rasul Yakobus bahkan mengatakan bahwa mengunjungi yatim piatu dan
janda-janda dalam kesusahan mereka merupakan ibadah yang murni dan tak bercacat
di hadapan Allah (Yak 1:27). Dari sini kita melihat bahwa perintah Paulus ini bukanlah suatu perintah
yang baru. Dari Perjanjian Lama sampai pada jaman Rasul-rasul pelayanan itu
tetap dilakukan. (Menjadi pertanyaan, apakah sekarang masih mendapat
perhatian?) Apa yang dikatakan oleh Paulus adalah kehendak Allah dan Timotius
sebagai gembala jemaat tidak boleh mengabaikannya.
Kata Hormatilah yang bernada perintah ini nampak dipengaruhi dengan
penggunaannya dalam perintah ke lima (dalam 10 perintah Allah). Sebagai
perbandingan untuk memahami hal ini, kita melihat saat Tuhan Yesus menegur
orang Farisi dan Ahli Taurat. Orang-orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat yang
mengerti Firman Allah untuk menghormati ayahnya dan ibunya, namun mereka dengan
alasan bahwa uang mereka digunakan untuk persembahan kepada Allah, mereka tidak
memelihara orang tuanya (Mat. 15:4-6). Karena itu sebagaimana Yesus menunjukkan
bahwa perintah untuk menghormati orang tua termasuk di dalamnya memberi bantuan
materi, maka kata hormatilah di sini juga memiliki pengertian tidak
hanya sekedar sikap ‘respek’, namun termasuk dukungan materi juga.
Kepada janda-janda itu gereja harus memberi bantuan. Komunitas Kristen
harus memperhatikan janda-janda yang memerlukan dukungan tersebut. Namun
yang pertama harus dilakukan oleh Timotius adalah mengajar keluarga janda itu
untuk memperhatikan orang tua atau nenek mereka, karena itu adalah hal yang
seharusnya mereka lakukan. Sehingga gereja dapat membantu yang benar-benar
kekuarangan. Tanggung jawab sebagai anggota keluarga begitu serius sehingga
orang yang tidak melakukannya dikatakan murtad, yang dalam hal ini memiliki
pengertian bahwa ia menyangkali pengajaran Kristen. Orang itu tidak hanya gagal
untuk melakukan ajaran Kristen tetapi ia menyangkalinya, dan dikatakan ia lebih
buruk dari orang yang tidak beriman. Mereka yang seperti ini dikatakan oleh
Tuhan Yesus sebagai orang munafik, mereka memuliakan Allah dengan bibirnya
tetapi hatinya jauh dari padaku. Sedangkan mereka yang melakukannya dikatakan
berkenan kepada Allah.
Perbuatan itu tidak hanya karena ikatan keluarga namun juga sebagai suatu
perbuatan yang menyatakan perhatian dan kasih Allah yang ada di dalam dirinya.
Semua kita disini pasti merupakan bagian dari suatu keluarga, apakah kita saat
ini sedang melakukan yang berkenan kepada Allah itu? Ataukah seperti orang
Farisi dan Ahli Taurat yang munafik, dengan segala macam alasan yang kita buat
untuk lari dari tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada kita?
Yang ketiga, Paulus juga menegaskan bahwa janda-janda itu juga dituntut dengan suatu
kehidupan Kristen yang benar dan memberikan hidupnya untuk melayani.
Istilah ‘janda’ dalam ayat 9, bukan berarti janda biasa, yang sekedar
menerima bantuan materiil dari jemaat. Kata didaftarkan menunjukkan
bahwa janda-janda ini adalah golongan orang tertentu, yang menerima tugas
khusus dalam jemaat. Tugas mereka adalah membantu para penilik jemaat dan
diaken-diaken, karena itu kepada mereka juga dikenakan syarat-syarat yang tidak
mudah. Tidak hanya pembatasan dalam usia yang menyatakan pengalaman hidup
mereka, tetapi juga bagaimana perbuatan mereka: mengasuh anak, memberi
tumpangan, membasuh kaki, menolong orang yang hidup dalam kesesakan – pendeknya
mereka menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik. Mereka juga dituntut
untuk melayani dan mengasihi Tuhan. Tanggung jawab melayani bukan hanya
milik penatua dan diaken, tetapi juga janda-janda – organ yang tampak lemah
dalam gereja. Mereka tidak hanya menuntut gereja untuk memperoleh bantuan,
tetapi juga dituntut oleh gereja untuk melayani Tuhan dan hidup bertumbuh dalam
kebenaran.
Apakah yang
dapat kita pelajari dari sini?
Di keluarga
kita dan di tengah-tengah orang yang kita layani, akan kita temukan tipe
seperti ini. Seorang yang lemah dan tersisih, yang mungkin tidak memiliki
potensi besar. Namun:
-
Tuhan menghendaki kita memperhatikan orang-orang yang
lemah.
Paulus sebagai seorang Rasul besar memberi nasihat kepada Timotius untuk
memperhatikan janda-janda. Suatu pelayanan yang kadang dipandang sebelah mata.
Paulus tidak saja melihat Timotius tetapi ia juga melihat orang-orang yang
dilayani oleh Timotius. Sebagaimana Kristus, Paulus tidak hanya melihat
pekerjanya tetapi ia juga melihat ladangnya Ia memperhatikan kebutuhan jiwa bukan
cuma sekedar program pelayanan. (Tanpa kita sadari, pelayanan yang kita lakukan
hanya menyentuh lingkaran dalam – majelis, pengurus – tanpa berdampak pada
jemaat, karena kita sudah disibukkan dengan permasalahan majelis/ pengurus
tersebut.)
-
Panggilan yang Tuhan berikan kepada kita untuk melayani
Tuhan Bukan cuma sekedar memikirkan program dan aktivitas gereja, tetapi juga
kebutuhan jiwa-jiwa yang kita layani.
Bukan hanya memikirkan bekerja sama dengan majelis dan pengurus saja, namun
memperhatikan pula orang-orang yang akan mereka layani. Seringkali pelayanan
pemimpin gereja hanya menyentuh level ini, namun tidak memperhatikan kebutuhan
jemaat. Bukan hanya melayani mereka yang memiliki potensi dan prospek yang baik
serta menguntungkan kita. Bukankah tidak jarang kita mendengar Rohaniwan yang
melakukan pelayanan dengan membeda-bedakan?Juga bukan hanya berbicara masalah
efektivitas dan efisiensi hidup kita, namun juga panggilan yang Tuhan yang
percayakan kepada kita.
-
Pelayanan kepada mereka yang lemah dan tersisih itu tidak
hanya menyangkut pemberian materi, namun juga membangun rohaninya.
Paulus tidak hanya menyuruh Timotius memberi bantuan tetapi juga melibatkan
mereka dalam pelayanan. Pelibatan pelayanan dalam Gereja tidak harus dimonopoli
kaum intelektual dan pengusaha saja, namun juga memberikan kesempatan kepada
orang-orang yang lemah, yang secara kebutuhan jasmani mendapat bantuan.
Bukankah seringkali kita berpikir bahwa orang-orang yang seperti janda-janda
ini, orang yang lemah, yang tidak memiliki potensi, tidak perlu terlibat
terlalu dalam di pelayanan. Bukankah pelayanan perlu dana dan lain-lain, dan
mereka tidak dapat melakukannya?
-
Panggilan untuk bertumbuh dan melayani yang diberikan
oleh Tuhan, ditangkap dengan jelas oleh Paulus, bahwa Ia menghendaki setiap
orang Kristen melayani dan bukan hanya golongan tertentu.
Pelayanan kepada orang-orang yang lemah dan tersisih ini harus dikelola dan
dipikirkan dengan sungguh-sungguh. Tidak sekedar memberi uang atau bantuan
pangan, namun menjadi suatu bagian yang integral dalam kehidupan orang
tersebut. Kadang kita tidak mau pusing dengan hal ini, yang penting dari
pelayanan adalah kita sudah memberi bantuan dan tidak dipikirkan dengan
sungguh-sungguh. Penyataan kasih dengan pemberian materi, kita anggap sudah
cukup bahwa kita sudah mengasihi sesama kita (puas dengan kegiatan-kegiatan
amal tahunan). Benarkah demikian?
Ingatkah kita tentang perumpamaan orang Samaria yang baik hati? Dalam
perumpamaan ini Tuhan Yesus tidak hanya menunjukkan tentang siapakah sesamamu
manusia, yang dijawab sebagai orang-orang yang menderita dan tersisih itu.
Tetapi juga mengajak kita melihat sesama manusia dari sisi orang yang
memerlukan bantuan itu sendiri. (Siapakah diantara ketiga orang ini adalah
sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?) Perbuatan kita
kepada orang yang membutuhkan pertolongan jangan hanya dilihat dari sisi kita
pemberi bantuan saja, namun kita meninjaunya pula dari orang yang
memerlukannya. Apakah benar kita sudah menjadi sesama bagi orang itu?
Akhirnya, masihkah kita saat ini melihat orang-orang yang kita layani
seperti Paulus melihat mereka? Seperti Kristus melihat mereka? Yaitu bahwa
tidak ada jiwa yang tidak berharga dan jiwa bukan cuma sekedar sasaran program
aktivitas gereja, namun sebagai sesama kita – yang di dalam mereka Tuhan juga
punya rencana yang indah. Amin.
Miskin
Pengertian kata miskin menurut beberapa
sumber antara lain: dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata miskin berarti
tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Dengan demikian
yang dimaksud dengan orang miskin adalah orang yang tidak memiliki harta dan
dalam hidupnya serba berkekurangan karena pendapatannya yang sangat rendah.
Dalam bahasa Inggris kata miskin diterjemahkan dengan kata poor yang artinya,
miskin, malang, lemah, buruk, jelek. Dari pengertian
tersebut dapat dikatakan bahwa keberadaan orang miskin perlu diperhatikan agar
hidupnya dapat lebih baik dan lebih sejatera dari sebelumnya.
Dalam Alkitab banyak juga berbicara
tentang orang miskin. Ini merupakan suatu kenyataan bahwa Allah sangat peduli
dan ikut serta merasakan keberadaan orang-orang miskin. Allah peduli berarti
Allah turut berkarya membebasakan orang-orang miskin dari belenggu kemiskinan.
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut orang-orang miskin antara
lain:
- Dalam Perjanjian Lama
Kata ebion
berasal dari kata abhah yang artinya kekurangan dan tidak mempunyai
apa-apa, miskin atau sengsara. Orang yang menginginkan sesuatu dari orang lain
atau yang menunggu pemberian orang lain.
Kata אבין (ebyon)
menunjuk pada orang miskin, yang meminta-minta, mendapat dukacita (celaka),
melarat, hina dan bernasib malang (Ul. 15:4; Maz
49:2-3
).
- Dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian
Baru keberadaan orang miskin lebih berharga dari pada orang kaya, karena orang
miskin itu lebih mudah bersikap tergantung kepada Allah.
Bagi orang-orang miskinlah Allah datang memberitakan kabar sukacita. Istilah
yang digunakan dalam Perjanjian Baru adalah kata πτωχος (Ptochos),
artinya miskin, melarat, orang yang meminta-minta, pengemis. Kata pthochos menunjuk
pada kemiskinan yang semiskin-miskinnya, yaitu orang yang miskin hanya mampu
mencari pertolongan pada orang lain dengan mengemis (bnd. Luk 4:18; 7:12).
Orang miskin (ptochos) adalah orang-orang yang sangat miskin yang
berjuang untuk mengatasi perjuangannya demi mempertahankan makna hidup.
Dua
peser
Peser merupakan satuan
mata uang yang dipakai di Yerusalem pada saat itu. Uang tersebut terbuat dari
tembaga, bentuknya berupa koin dan merupakan uang receh terkecil yang berlaku
pada saat itu.
Peser adalah mata uang Yahudi yang terbuat dari tembaga,
itu merupakan
pecahan terkecil dalam
mata uang Yahudi (jika kita bandingkan dengan mata uang
RI pecahan terkecil saat ini yaitu Rp. 100). Janda miskin ini memberi dua peser atau
satu duit, pada masa itu nilainya adalah seharga 2 ekor burung pipit (Mat 10:29). Itu menunjukkan betapa kecilnya
pemberian janda miskin itu menurut ukuran manusia.
Kotbah
Tema: Kelimpahan
Judul: Kemiskinan
atau Kelimpahan Ada ditangan Anda.
Seringkali
orang berpikir bahwa kaya atau miskin adalah takdir. Namun hal itu salah! Saya
berkata bahwa sebenarnya takdir dari Tuhan adalah sesuatu yang tidak dapat kita
ubah, misalnya gender, dari keluarga apa kita dilahirrkan, bagaimana orang tua
kita, terlahir di lingkungan yang bagaimana, dll. Sedangkan Kelimpahan atau
kekurangan adalah nasib, yaitu sesuatu yang dapat kita rubah melalui usaha –
usaha yang kita lakukan. Oleh sebab itu sebenarnya kelimpahan atau kekurangan
adalah pilihan. Ada beberapa point untuk menerima dan menikmati kelimpahan dari
Allah adalah:
1. Alami proses-Nya.
Sebenarnya
Allah kita adalah Allah yang kaya dan Ia menghendaki bahwa kita anak – anak-Nya
juga menikmati kelimpahan dari-Nya. Yang Tuhan kehendaki adalah ketika kita mau
menikmati berkat-Nya maka kita harus mengalami Proses-Nya. Ketika bangsa Israel
hendak menuju ke tanah Kanaan, perjalanan yang harusnya dapat mereka lewati
dalam kurun waktu 4 tahun, mereka jalani selama 40 tahun. Bangsa Israel
berputar – putar di padang gurun selama 40 tahun supaya karakter tegar tengkuk
umat Israel dapat mengalami perubahan menjadi ketaatan. Oleh sebab itu orang –
orang generasi pertama dari bangsa Israel yang keluar dari mesir tidak ada
satupun yang berhasil masuk ke tanah Kanaan. Yang Tuhan kenankan masuk ke tanah
Kanaan adalah orang – orang yang dari generasi kedua bangsa Israel dan yang
memiliki ketaatan akan perintah Tuhan. Begitupun dalam kehidupan kita,
sebenarnya yang Tuhan inginkan adalah proses. Ketika dalam kehidupan kita
mengalami masalah maka dibalik masalah kita itu ada berkat yang Tuhan sediakan.
Masalah adalah mas-nya Allah (emas = sesuatu yang berharga). Jadi sisi positif
yang dapat kita ambil adalah ketika masalah itu datang percayalah bahwa ada
berkat yang Tuhan sediakan, yang Ia inginkan adalah proses. Dalam menghadapi
permasalahan tersebut apakah kita dapat meresponi hal itu dengan cara pandang
positif atau cara pandang negatif. Oleh sebab itu mari kita belajar untuk
menerima kelimpahan dari Dia yaitu dengan alami proses-Nya dan terima berkat-Nya.
2. Memberià menerima, Ketaatan
memberi akan menentukan seberapa besar kita akan menerima.
Kondisi
keuangan Saudara sekarang adalah ditentukan oleh ketaatan Saudara memberi.
Kondisi keuangan Saudara yang akan datang ditentukan oleh ketaatan Saudara
memberi sekarang. Hal ini tidak terlepas dari proses yang Tuhan inginkan untuk
kita alami dan kita lewati. Dalam hal ini Allah menginginkan Kita untuk belajar
memberi. Jadi Allah mengajarkan “kita
proses memberi”. Dengan kita mengalami proses menabur maka Allah juga
menginginkan untuk kita dapat menuai kelimpahan tersebut. Tuaian yang kita
terima adalah lebih besar dari apa yang kita tabur. Oleh sebab itu besarnya
taburan kita menentukan tuaian yang kita terima. Masalahnya yang timbul adalah
Allah tidak memunculkan pertumbuhan dengan instan, pagi kita menabur kemudian
malamnya kita menuai, namun Ia memberikan proses untuk hal ini. Yang membuat
kita mampu menuai dengan limpahnya adalah bagaimana kita menjalani prosesnya,
kita tetap setia atau tidak. Oleh sebab itu setia dalam proses menabur dan
tumbuhnya maka kita akan menuai dengan kelimpahan yang jauh melebihi taburan
kita.
3. Kelimpahan adalah kehendak Allah.
3
Yohanes 2:1
Terjemahan
dari KJV:
Kekasih, saya
berharap diatas segalanya supaya engkau berkelimpahan dan sehat walafiat,
seperti jiwamu yang juga berkelimpahan.
Ayat
ini menunjukkan bahwa kelimpahan (kemakmuran) adalah kehendak Allah dan bukan
kemiskinan. Allah telah melemparkan pilihan tersebut kepada kita. Oleh sebab
itu bagaimana respon hati kita untuk memilihnya akan menunjukkan nasib yang
kita peroleh yaitu hidup dalam kelimpahan atau kekurangan.
Ulangan
8:18
Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab
Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan
maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek
moyangmu, seperti sekarang ini.
Tuhan
memberikan kekuatan kepada Saudara dan saya untuk memperoleh kekayaan.
Dari
beberapa point tersebut, saya dan saudara dapat melihat bahwa kelimpahan dan
kekurangan adalah suatu pilihan. Yang jelas Allah berkeinginan supaya kita
hidup dalam kelimpahan-Nya.
Kotbah
Tema: Kelimpahan
Judul: Menuai dalam Resesi
Resesi,
Inflasi, dan waktu – waktu ekonomi sulit sudah terjadi sejak permulaan
peradaban manusia. Hal itu bukan sesuatu yang baru sehingga memerlukan
pemecahan yang baru. Jawaban Alkitab untuk mengalahkan dengan penuh kemenangan
kondisi ekonomi ini pertama – tama muncul di Kitab Kejadian.
Maka timbullah kelaparan di negeri
itu. Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. (Kejadian 26:1b).
Allah memberikan instruksi sangat khusus kepada Ishak untuk diikuti supaya
berkelimpahan selama keadaan ekonomi yang sulit ini:
1. Tinggal setia kepada perintah – perintah Allah.
Tuhan mengatakah kepada Ishak bahwa Dia akan
memberkatinya karena “Abraham taat kepada perkataanKu, dan memelihara
perjanjianku, perintah – perintahku, undang – undangku dan hukum – hukumku”.
(Kej 26:5b).
Jangan biarkan keadaan kebiasaan – kebiasaan dan cara
hidup Kristen yang baik. Banyak orang – orang suci menjadi tidak konsisten pada
waktu tekanan – tekanan ekonomi; prinsip – prinsip Kristen saudara yang naik
turun hanya akan melemahkan saudara lebih lanjut.
2. Jangan ikuti Filsafat Dunia
Karena bahaya kelaparan, tiap orang menuju ke Mesir
tetapi Tuhan mempunyai rencana yang lain untuk Ishak.
Janganlah pergi ke Mesir; diamlah di
negeri yang akan ku katakana kepadamu:
Tinggalah di negeri ini sebagai
orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau.
Kej 26:2b-3a.
Janganlah berpindah tempat baru tanpa perintah Allah,
bukan karena suatu kabar bahwa ada kemakmuran di tempat lain. Karena yang perlu
Kita ingat adalah Allah bisa memberkati kita dimana saja.
Diberkatilah engkau di kota dan
diberkatilah engkau di padang.
Ulangan 28:3
3. Taburlah dengan murah hati pada waktu bahaya kelaparan.
Ishak pergi dibawah perintah Tuhan,
dan dia menabur di tanah itu, dan menerima pada tahun yang sama seratus kali
lipat dan Tuhan memberkati dia”. (Kejadian 26:12b).
Sejak semula didalam
Firman Allah, Ia mengatur prinsip ekonomi secara Alkitab ini. Allah bermaksud
supaya Ishak mengalahkan bahaya kelaparan, dan memberikan kepadanya prinsip
kelimpahan untuk memperoleh kemenangan.
Prinsip dasar secara Alkitabiah juga
berlaku untuk kita. Mari kita mulai menerapkan point – point diatas mulai dari
sekarang sehingga kelimpahan itu bisa kita nikmati dalam kehidupan kita. Jadi yang perlu kita ingat dan kita terapkan
dalam kehidupan kita ialah:
a. Tinggal setia kepada perintah Allah.
b. Jangan ikuti filsafat dunia.
c. Tabur dengan murah hati selama bahaya kelaparan.
Selamat melakukan dan Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Kotbah:
Tema: Kelimpahan
Judul: Resep Kemakmuran Allah
Ada dua macam cara pandang yang berbeda tentang
kemakmuran dikalangan Kristen. Yang pertama adalah orang yang memiliki cara
pandang “hiper -faith” yaitu orang
yang memiliki iman berlebihan. Dan yang kedua adalah orang yang tidak memiliki
iman atau hanya memiliki iman pas – pasan, yaitu orang yang memiliki iman hanya
ketika ia membutuhkan sesuatu yang tidak dapat ia raih. Dua macam orang
tersebut tidak dapat kita tiru. Yangng dapat kita pakai untuk menemukan dan
mengalami kelimpahan Allah adalah dengan hidup menurut kehendak-Nya. Hari ini
kita akan menerima Resep Kemakmuran dari Allah.
a. Utamakan Allah dan bukan berkat-Nya
Matius 6:33
Tetapi carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan
kepadamu.
Ketika kita mampu
mengutamakan Tuhan dan mengandalkan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita maka
Allah juga akan memperhitungkan hal itu sebagai iman. Sehingga ketika kita
membutuhkan Ia untuk intervensi dalam hidup kita, maka dengan senang hati Ia
pun akan menolong kita dalam segala hal yang kita kerjakan. Bahkan seluruh yang
kita butuhkan akan ia tambah – tambahkan untuk kita sehingga hidup kita menjadi
berkelimpahan.
b. Menyangkal diri dan memikul salib
Lukas 9:23
Kata-Nya kepada
mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.
Keinginan daging manusia
adalah semua yang indah dan enak dimata manusia. Namun yang Tuhan inginkan
adalah hal yang rohani dan bukan kedagingan. Ketika yang menjadi hal yang
rohani dan Tuhan kehendaki itu kita lacuna maka kecukupan akan segala sesuatu
bahkan dengan harta duniapun akan Allah cukupkan. Caranya adalah dengan
menyangkal diri dan pikul salib. Menyangkal diri berbicara tentang kerendahan
hati yaitu mengekang keinginan – keinginan daging yang sebenarnya hanya dapat
kita nikmati sesaat saja. Dan pikul salib adalah suatu pilihan yang
diperhadapkan Allah untuk kita yaitu apakah kita mengutamakan Dia atau kita
lebih memilih mengutamakan hasrat pribadi untuk keuntungan kita sendiri. Oleh
sebab itu
c. Selalu mencari Tuhan
II Taw 26:5
Maz 34:10
Ayat 43
ITB
: Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada
mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih
banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
BIS
: Maka Yesus memanggil pengikut-pengikut-Nya lalu berkata
kepada mereka, "Perhatikanlah ini: Janda yang miskin itu memasukkan ke
dalam kotak itu lebih banyak daripada yang dimasukkan oleh semua orang-orang
lainnya.
KJV
: And he called unto
him his disciples, and saith unto them, Verily I say unto you, That this
poor widow hath cast more in, than all they which have cast into the treasury:
NAS
: And calling His disciples to Him, He said to them,
"Truly I say to you, this poor widow put in more than all the contributors
to the treasury;
GNT
: kai. proskalesa,menoj tou.j
maqhta.j auvtou/ ei=pen auvtoi/j( VAmh.n le,gw u`mi/n o[ti h` ch,ra au[th h`
ptwch. plei/on pa,ntwn e;balen tw/n ballo,ntwn eivj to. gazofula,kion\
Murid-murid-Nya
Maksud dari ayat ini ialah setelah menyaksikan tindakan
pengorbanan yang telah dilakukan oleh janda miskin di Bait Suci, Yesus
memanggil murid-murid-Nya untuk berkumpul dan mengulangi kembali pelajaran yang
Ia telah ajarkan dengan mengambil contoh dari kehidupan janda miskin yang telah
mereka saksikan. Janda miskin dengan 2 peser persembahannya bukanlah
semata-mata soal 2 peser uang dan pemberian, tapi mengajarkan tentang
iman, motivasi, sikap dan prioritas hidup.
Dari sekian banyak orang kaya yang memberikan persembahan
mereka di Bait Suci, Yesus mengatakan bahwa persembahan janda miskin yang hanya
2 peser itu adalah yang terbanyak. Ini menunjukkan bahwa Yesus mempunyai ukuran
yang berbeda dengan ukuran manusia dalam menilai suatu pemberian (persembahan).
Ada
beberapa ukuran yang perlu kita kita perhatikan dalam hal memberi :
1. Pemberian kita diukur
oleh motivasi
Memberi
adalah perbuatan yang baik, tapi tidak cukup hanya sekedar memberi. Ada orang
memberi tanpa motivasi, dan biasanya orang tersebut akan menganggap itu
adalah suatu beban sehingga menimbulkan persungutan.
Ada
orang memberi dengan motivasi supaya orang lain tahu betapa kayanya dia dan
orang lain menjadi hormat, seperti orang kaya dalam Markus 12:41. Ada juga
orang memberi dengan motivasi untuk menutupi kekurangannya agar orang lain
tidak tahu keadaannya yang sebenarnya.
Seberapa
besar pemberian kita namun jika diiringi dengan persungutan dan motivasi yang
tidak benar, maka nilainya di hadapan Tuhan adalah sama saja dengan tidak
memberi dan bahkan lebih baik tidak memberi sama sekali. Pemberian kita
seharusnya dimotivasi oleh karena kasih kita kepada Allah.
2. Pemberian kita tidak
diukur oleh apa yang kita berikan tapi apa yang kita hidupkan dalam memberi.
Janda
miskin dalam kitab Markus bisa saja memberikan hanya 1 peser dalam kotak
persembahan dan menahan yang 1 peser lagi untuk keperluannya sendiri. Dengan
kondisi yang serba kekurangan adalah masuk akal dan dapat dimaklumi jika dia
hanya memberikan 1 peser saja. Tapi ibu janda miskin tersebut menganggap bahwa
persembahannya itu bukanlah menyangkut logika tapi menghidupkan Firman Allah
yang dia ketahui bahwa Allah akan tetap memeliharakan akan hidupnya meskipun
hidup dalam kekurangan materi.
3. Pemberian kita diukur
bukan dari jumlah tapi dari porsinya.
Allah
tidak menuntut jumlah pemberian yang sama dari setiap umatnya. Kepada siapa
banyak diberi, maka daripadanya akan lebih banyak dituntut. Orang-orang kaya
dalam kitab Markus memberikan jumlah yang banyak, tapi mereka memberikan dari
kelebihan mereka, ibu janda miskin memberikan sedikit bahkan hanya 2 peser
saja, namun dia memberi dari kekurangannya karena hanya itulah uang yang dia
miliki. Memberi dari kelebihan adalah hal yang biasa, memberi dari
kekurangan baru luar biasa karena itu memerlukan iman yang kuat.
Kitab Markus tidak menceritakan lebih lanjut apa yang terjadi
dengan ibu janda miskin tersebut setelah dia memberikan seluruh uangnya untuk
persembahan, bisa saja orang berpikir bahwa Allah akan membiarkan ibu tersebut
menderita kelaparan, tapi dengan berbagai bukti pemeliharaan Tuhan yang kita
baca dalam Kitab Suci serta pengalaman-pengalaman lainnya, kita meyakini ibu
janda tersebut akan tetap dalam pemeliharaan Allah.
Dengan kisah persembahan janda miskin, dapat lebih dipahami hakekat dari
memberi. Apa yang dipercayai akan mempengaruhi apa yang dilakukan, dan
cara untuk bertindak akan dipengaruhi oleh apa yang dipercayai.
Kotbah:
Tema:Berbagai
Persembahan Dalam Alkitab
Judul:
Persembahan yang dikenan Tuhan
Sebagai orang percaya
yang telah menerima kehidupan, keselamatan, dan berkat-berkat-Nya, kita mungkin
juga bertanya: bagaimana membalas segala kebaikan Tuhan itu?
Mungkin kita akan
mengatakan bahwa membalas kebaikan Tuhan yang penting adalah mensyukurinya;
atau berkata secara klise: "ya, dengan memberikan hidup kita
kepada-Nya." Tentu saja itu baik, tapi tidak cukup jelas. Sebab pertanyaan
yang muncul adalah: hidup yang mana dan bagaimana caranya? Apa yang dapat kita
berikan atau persembahkan dari hidup kita kepada Dia? Pemberian atau
persembahan yang dimaksudkan juga tentu tidak hanya dalam bentuk uang, yang
lazim disebut sebagai uang persembahan, tetapi juga dalam segala wujud
persembahan yang dapat kita berikan kepada-Nya sebagai ungkapan syukur atas
kebaikan-Nya. Pertanyaannya: persembahan apa saja itu?
Alkitab mengenal
berbagai bentuk persembahan. Ritual pemberian persembahan sendiri di dalam
Alkitab diawali ketika Kain dan Habel mempersembahkan hasil pekerjaannya kepada
Allah. Kain mempersembahkan sebagian hasil pertaniannya dan Habel
mempersembahkan anak sulung hasil peternakannya. Alkitab menjelaskan,
persembahan Habel diterima dan Allah mengindahkannya, sementara persembahan
Kain tidak berkenan kepada Allah. Kain kemudian merasa benci kepada adiknya itu
dan lalu membunuhnya (Kej. 4: 5 - 8).
Kemudian kitab
Kejadian menceritakan Nuh yang memberikan persembahan setelah selamat dari
murka Allah dengan air bah-Nya (Kej. 8: 20 - 22). Abraham setelah tiba di
Kanaan langsung membangun mezbah dan memanggil nama Tuhan (Kej. 12: 8). Yakub
juga memberikan persembahan kepada Tuhan setelah berpisah baik-baik dengan
Laban mertuanya (Kej. 31: 43-55). Semua pemberian ini dilakukan dalam ritual
ketika hukum Taurat belum diberikan kepada umat Israel. Allah melalui Musa
kemudian meneguhkan lebih spesifik lagi berbagai jenis persembahan yang harus
diberikan umat Israel sebagaimana diuraikan dalam kitab Imamat pasal 1 - 7.
Persembahan atau korban dalam Perjanjian Lama dapat dikelompokkan sbb:
a. Ola, yakni korban bakaran
(Im.1: 1-17), sebagai lambang penderitaan sebagai hukuman karena dosa yang
ditanggungkan atasnya, dengan makna membersihkan kehidupan orang yang memberi
korban dalam ketaatan sebagai bau-bauan yang harum bagi Allah.
b. Minkha, yakni korban
sajian (Im.2:1-16; 5:11-12), sebagai rasa syukur yang diberikan demi kemauan
baik sebagai pengganti keseluruhan dirinya.
c. Khatta't, yakni korban
penghapus dosa dan juga disebut sebagai ‘Asyam
(korban penebus salah), yakni bilamana seseorang bersalah karena dianggap najis
dari segi upacara agama atau berbuat dosa secara tidak sengaja (Im. 4: 2, 13,
22, 27).
d. Zevakh dan Selamin, yakni korban
perdamaian atau korban keselamatan berupa pernyataan syukur atau sukarela
kepada Allah (Im. 7: 12; 22: 29; Bil.6: 14; 15: 3, 8).
Perjanjian Lama juga
mengenal berbagai jenis persembahan lainnya, seperti persembahan sulung atau
buah sulung (Kej. 4:4; Im. 2: 12; Neh.10: 35), persembahan unjukan (Im. 6: 20;
Bil. 5: 15), dan persembahan persepuluhan berupa persembahan khusus yakni
sepersepuluh dari penghasilan umat Israel. Persembahan atau korban yang
disebutkan di atas, dinyatakan dengan pemberian hewan ternak (dari mulai lembu
jantan hingga burung tekukur atau anak burung merpati yang tidak bercela),
tepung, minyak, kemenyan, dan garam. Inilah ritual pemberian persembahan dalam
Perjanjian Lama.
Berbeda dengan yang
dijelaskan di atas, Perjanjian Baru menegaskan pemberian persembahan berupa
ternak atau barang lainnya bukan lagi sebagai jalan penebusan dosa atau
kesalahan umat percaya. Kitab Ibrani menuliskan dengan jelas, "tidak
mungkin darah lembu jantan atau darah domba betina dapat menghapus dosa"
(Ibr. 10: 4). Penebusan dosa orang percaya dalam Perjanjian Baru hanya dapat
dilakukan melalui iman dengan mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
pribadinya; maka melalui tubuh dan darah-Nya yang tersalib di Golgota hal itu
sudah menjadi jalan penebusan dosa-dosa kita.
Namun, Perjanjian
Baru tidak langsung meniadakan persembahan sama sekali. Persembahan dalam
konsep Perjanjian Baru menjadi berbeda, tidak lagi sebagai korban, melainkan
sebagai ungkapan rasa syukur atas anugerah keselamatan yang telah diberikan
Tuhan kita atas penebusan dosa tersebut. Artinya, pemberian tersebut adalah
sebagai ungkapan syukur, bukan balas jasa, karena anugerah keselamatan yang
diberikan Allah adalah cuma-cuma, tidak dapat dibalas dengan perbuatan atau upaya
manusia. Jadi pengertian "membalas kebaikan Tuhan" sebagaimana dalam
Mazmur di atas, dalam konteks Perjanjian Baru adalah merupakan respon atas rasa
syukur penebusan tersebut, bukan dalam pengertian timbal balik.
Selanjutnya,
persembahan di dalam kitab Perjanjian Baru cukup luas pembahasannya dan dapat
dikategorikan dalam lima bentuk, yakni sbb:
Pertama, persembahan nyawa.
Tuhan Yesus berkata bahwa inilah ungkapan kasih yang lebih besar dari umat
percaya, yakni apabila seseorang yang mengorbankan nyawa untuk kemuliaan
Kristus maupun untuk saudara-saudara kita (Mat. 10: 39; Luk. 14: 26; Yoh. 15:
13; Kis. 15: 26). Hal ini diperlihatkan dalam kisah Stefanus, martir pertama
yang dibunuh oleh kaum Farisi dengan melemparinya dengan batu (Kis. 7: 54 -
60). Pengorbanan nyawa untuk sesama dinyatakan dalam 1Yoh. 3: 16,
"Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan
nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk
saudara-saudara kita." Kesediaan berkorban dan menderita bagi orang lain
dengan mengesampingkan kepentingan diri sendiri, itulah makna dari persembahan
nyawa tersebut. Akan tetapi, persembahan nyawa juga dapat dilihat dalam wujud
apabila seseorang tetap setia kepada Tuhan dalam menanggung penderitaan penyakit
yang mengancam nyawanya, dengan tidak mengandalkan kekuatan-kekuatan lain untuk
kesembuhannya. Sebab tidak sedikit orang percaya karena putus asa atau tidak
memahami rencana indah Tuhan baginya, akhirnya mengikuti cara-cara berhala
untuk memperoleh kesembuhan.
Kedua, persembahan tubuh,
yakni memelihara kekudusan hidup dengan menjauhkan diri dari perbuatan najis
dan dosa yang tidak berkenan kepada Tuhan. Firman-Nya berkata, "Karena itu
saudara-saudara, demi kemurahan Allah, aku menasehatkan kamu, supaya kamu
mempersembahan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Rm. 12:1; Yak. 1:
27b). Demikian pula dinyatakan pada bagian lain, betapa pentingnya kita
memelihara tubuh, "Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota
Kristus?...Atau, tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang
diam di dalam kamu...(1Kor. 6: 13- 15, 19 - 20). Kita diminta memelihara tubuh
yang kudus sebab Allah kita itu kudus (Im. 20: 26).
Ketiga, persembahan hati
dan mulut, dengan menaikkan puji-pujian dan bibir yang memuliakan Allah dengan
ucapan syukur (Ibr. 13: 15; Mzm. 28: 7; 30: 4; 51: 19). Kitab Efesus
menuliskan, "dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur,
kidung puji-pujian, dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan
dengan segenap hati" (Ef. 5: 19 - 20). Alkitab juga mengingatkan,
dengan lidah kita memuji Tuhan (Yak. 3: 5). Artinya, di segala tempat dan
situasi kita tidak boleh menggunakan lidah dan mulut kita untuk hal-hal yang
menyakitkan hati Allah dan orang lain, tetapi justru dipakai untuk memuliakan
Dia.
Persembahan hati juga
dinyatakan melalui kerinduan untuk selalu bersekutu setiap hari melalui doa,
ibadah, dan membaca Alkitab. Bentuk persembahan hati lainnya diwujudkan melalui
kerendahan hati dengan menerima perkataan atau perbuatan buruk yang dilakukan
oleh pihak lain (Mat. 6: 14-15; Luk. 17: 4; Ef. 4: 32). "Korban
perasaan" ini biarlah menjadi persembahan yang harum bagi Allah dengan tetap
melihat Allah punya rencana dan akan hak Allah untuk menegakkan keadilan bagi
semua, tidak merespon dengan cepat marah dan membalas kejahatan dengan
kejahatan. (Rm. 12: 19; Ibr. 10: 30).
Keempat, persembahan waktu
dan tenaga, dengan mengunjungi orang sakit, orang di penjara, dan memberi
mereka yang haus dan tumpangan (Mat. 25: 31 - 46). Persembahan waktu dan tenaga
kita berikan juga bagi kemuliaan Tuhan dengan mengunjungi dan menyatakan kasih
kepada mereka yang menderita dan membutuhkan. Kitab Yakobus menuliskan, "Ibadah
yang murni dan tidak bercatat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi
yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka (Yak. 1: 27a). Memberikan
waktu dengan mengunjungi mereka, menghibur, dan berdoa bersama mereka yang
sakit, teraniaya, atau menderita, maka hal itu sangat besar nilainya di hadapan
Allah yang Maha Pengasih. Terlebih-lebih, meski tidak utama, apabila kita ikut
meringankan beban kesedihan mereka dengan memberi bantuan (makanan atau
kebutuhan hidup lainnya), sehingga dengan jalan itu kita telah memuliakan
Allah.
Kelima, persembahan materi,
berupa persembahan uang atau barang. Perjanjian Baru mengajarkan untuk
menyisihkan persembahan uang setiap minggu. Inilah biasanya yang kita
berikan kepada gereja untuk dikelola sesuai dengan maksud Yesus dalam
mendirikan dan memperluas kerajaan-Nya (1Kor. 16: 1-2).
Tidak seorang pun
dapat memperbandingkan persembahan yang satu dengan yang lain di hadapan Allah.
Kita tidak dapat mengatakan persembahan uang atau materi "lebih tinggi
nilainya" dibandingkan dengan persembahan mulut dengan memuji-muji dan
memulikan Allah. Demikian pula halnya dengan memberi waktu melalui
kunjungan-kunjungan ke panti asuhan, rumah sakit, atau janda-janda, tidak
berarti lebih berharga di mata Allah dibandingkan dengan persembahan
puji-pujian di dalam ibadah kebaktian minggu. Semua bentuk persembahan ini
saling melengkapi untuk menyenangkan hati Allah. Namun, ada syarat mutlak yang
harus diberikan yakni persembahan tubuh yang kudus kepada Allah. Tidak ada
manfaatnya apabila kita memberikan berbagai persembahan, namun tubuh kita
dikuasai oleh kenajisan dan dosa.
Hanya yang jelas,
persembahan yang berkenan kepada Allah sebagaimana Alkitab menegaskan adalah
seperti persembahan Habel, yakni karena iman Habel dan Allah mengetahui
kebaikan hatinya (Ibr. 11: 4). Dengan didasari iman dan kebaikan hati untuk
memberi yang terbaik kepada Tuhan berbagai jenis persembahan di atas, sangatlah
penting dalam penerimaan Allah terhadap apa yang kita berikan sebagai respon
atas kebaikan-Nya. Tuhan Yesus memberkati.
Ayat 44
ITB
: Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi
janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh
nafkahnya."
BIS
: Sebab mereka semua memberi dari kelebihan hartanya.
Tetapi janda itu sekalipun sangat miskin memberikan semua yang ada padanya
justru yang ia perlukan untuk hidup."
KJV
: For all they did
cast in of their abundance; but she of her want did cast in all that she had, even all her living.
NAS
: For they all put in out of their surplus, but she, out of
her poverty, put in all she owned, all she had to live on."
GNT
: pa,ntej ga.r evk tou/
perisseu,ontoj auvtoi/j e;balon( au[th de. evk th/j u`sterh,sewj auvth/j pa,nta
o[sa ei=cen e;balen o[lon to.n bi,on auvth/jÅ
Mereka semua
Mereka
semua dalam ayat ini adalah mengungkapkan semua orang kaya yang pada waktu itu
memasukkan persembahannya ke dalam peti persembahan ketika Tuhan Yesus
melihatnya.
Memberi dari kelimpahannya
Arti memberi dari kelimpahannya berarti orang – orang kaya
yang mempersembahkan persembahan ke dalam peti persembahan adalah orang – orang
yang memberi sebagian kecil dari kekayaan mereka. Hal ini dipandang biasa oleh
Tuhan Yesus karena hal itu tidak membutuhkan pengorbanan yang terlalu berarti.
Memberi dari kekurangannya
Keistimewaan
dari persembahan janda miskin ini ialah ia memberikan persembahan dari
keadaannya yang miskin, yang notabennya ialah dana yang ada dalam peti
persembahan diperuntukkan untuk orang – orang miskin dn janda – janda, dan
salah satunya ialah janda ini. Tapi ia mampu memberikan dan merelakan harta
paling berharga yang ia punyai pada saat itu.
Memberi
dari kekurangan yaitu merelakan tentu saja dalam keadaan ini janda miskin
memiliki kerendahan hati karena memberi dengan apa yang seluruhnya ia punya
adalah mempersembahkan hidupnya. Pada waktu itu uang dua peser adalah uang yang
seharusnya digunakan untuk mencukupi kebutuhannya satu hari itu, namun dengan
mempersembahkan dua peser tersebut berarti ia merelakan untuk tidak makan atau
minum satu hari penuh.
Esensi memberi dari kekurangan itu sendiri adalah:
1. Pengorbanan
Seperti halnya janda miskin yang memberikan persembahan
yang menuntut suatu pengorbanan dari dirinya, Yesus juga berkorban. Ia yang adalah
anak raja rela menjadi manusia. Yesus memberi kasih yang agung, dalam
keberadaannya di tengah-tengah manusia.
Yang dilakukan oleh janda miskin ini juga demikian. Ia
yang harusnya berhak menikmati uang tersebut untuk makan dan minum pada hari
itu, rela memberikannya untuk dipersembahkan.
2. Pemberian yang
mau melukai diri sendiri
Paskah di Amerika Serikat melukai diri untuk memperingati
penderitaan Yesus. Janda miskin di sini memberikan apa yang dia punya sekalipun
dia tidak dapat memenuhi kebutuhannya pada hari itu. Ia harus mengorbankan
dirinya tidak makan ataupun minum, dan hal ini adalah bentuk melukai diri yang dimaksud.
Semua yang ada padanya
Semua yang ada dari padanya berarti sudah tidak ada yang
tersisa yang ia punya. Ia memberikan semuanya sebagai persembahan. Hal yang
janda miskin ini lacuna adalah suatu pengorbanan yang menyakiti dirinya
sendiri. Karena dengan memberikan seluruh harta yang ia punya berarti
kemungkinan besar hari itu ia bahkan tidak bisa makan (dan bila saat itu ia
harus mati, ia rela tetap memberikannya). Namun ia melakukannya dengan tulus
untuk kepentingan orang lain.
Seluruh nafkahnya
Maksud dari ayat ini ialah Yesus melihat
bahwa Janda miskin ini telah memberi semua dari yang ada padanya, artinya dia
memberi hidupnya, sedangkan orang-orang kaya itu hanya memberi sebagian kecil
dari apa yang dimilikinya.
Kotbah:
Tema:
Persembahan yang dikenan Tuhan
Judul: Persembahan Yang Berkenan Kepada Allah
Markus 12:41-44
Kisah ini hanya dicatat dalam dua
Injil, yaitu Markus dan Lukas (21:1-4), dan hanya dicatat dengan sangat singkat
(4 ayat), tetapi ada satu pengajaran penting yang perlu kita cermati dalam
kisah yang singkat ini. Bahkan, Tuhan Yesus sendiri memberi
perhatian yang serius tentang peristiwa ini. Dalam ay. 41 dikatakan bahwa Yesus
yang pada saat itu sedang duduk menghadap peti persembahan dan memperhatikan
bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu.
Tuhan Yesus memperhatikan dengan
seksama, Ia tidak sedang melamun, Ia tidak sedang sekedar melihat. Sebab
apabila Dia tidak serius memperhatikan orang banyak itu, maka niscaya Ia bisa
mendapati bahwa ada seorang janda miskin yang memberi persembahan juga. Orang
banyak yang memberi, namun diantaranya ada seorang janda yang miskin. Apabila
Yesus tidak memperhatikan dengan seksama maka moment ini akan terlewatkan. Mari kita melihat lebih jauh apa yang diajarkan dalam kisah ini.
Peti persembahan yang dimaksud
ternyata adalah peti persembahan yang diletakkan di dinding luar bait Allah,
yang dikhususkan untuk orang-orang miskin, bisa dikatakan kotak amal. Mari kita
cermati, ada tiga hal yang menyolok disini.
Pertama, dikatakan bahwa banyak orang kaya memasukkan uang ke
dalam kotak itu, kemudian ada juga seorang janda miskin yang memberi
persembahan di kotak itu, inilah hal yang menarik perhatian. Jika orang-orang
kaya memberi persembahan ke kotak itu, mereka memberi amal bagi orang-orang
miskin, dan itu wajar, itu memang seharusnya. Tetapi, Alkitab mengatakan kita satu fakta yang mengejutkan, ada seorang
janda miskin juga yang memberi, yang memasukkan uang ke kotak itu, yang
beramal. Siapa janda ini? Ia adalah janda, bukan hanya itu, ia juga miskin. Apakah
janda yang miskin ini perlu memberi persembahan? Apakah janda ini perlu memberi
amal bagi orang miskin? Bukankah seharusnya janda yang miskin ini lebih berhak
memperoleh uang dalam kotak itu daripada berkewajiban memberi?
Hal kedua adalah, disitu dikatakan banyak orang kaya yang memberi
uang dalam jumlah yang besar ke dalam kotak itu, tetapi kemudian, diantara
banyak orang kaya yang memberi dalam jumlah besar itu, ada seorang yang memberi
dengan jumlah hanya dua peser, yaitu satu duit. Berapa besarkah dua peser atau
satu duit itu? Peser adalah mata uang Yahudi yang terbuat dari tembaga. Itu
adalah jumlah terkecil dalam mata uang Yahudi, yaitu hanya setengah duit. Dalam
Matius 10:29 dikatakan bahwa satu duit itu adalah harga dari 2 ekor burung
pipit. Betapa kecilnya uang yang diberikan janda miskin ini, tidak ada
apa-apanya dibandingkan dengan apa yang diberikan orang lain dalam kotak
itu. Tetapi apa yang terjadi? Yesus
memuji janda miskin ini. Ini adalah hal
ketiga yang menarik perhatian dalam kisah ini. Reaksi Tuhan Yesus sangat
berbeda dengan orang banyak. Tuhan Yesus justru memanggil murid-muridNya dan
mengatakan kepada mereka bahwa janda miskin ini telah memberi yang terbanyak
dibandingkan dengan orang-orang lain. Cara pandang Tuhan sangat berbeda dengan
cara pandang dunia. Dunia melihat jumlah, dunia melihat luarnya, tetapi Tuhan
melihat sampai ke dalam hati seseorang. Tuhan tidak hanya memandang kuantitas
saja, tetapi juga melihat kualitas. Apa artinya seseorang memberi banyak,
tetapi hatinya terpaksa? Apa artinya orang memberi persembahan dengan jumlah
besar, tetapi hanya untuk mencari nama?
Persembahan yang
berkanan kepada Allah
Ini adalah persembahan yang berkenan
kepada Tuhan Allah, persembahan yang dipuji oleh Allah sendiri. Mengapa Tuhan
Yesus memuji persembahan janda miskin ini? Mengapa persembahan janda miskin ini
yang berkenan kepada Allah? Jawabannya adalah karena ia memberi yang terbaik yang ia miliki.
Disini kita belajar persembahan yang
bagaimanakah yang berkenan kepada Allah? Yaitu persembahan yang terbaik. Ada unsur totalitas di dalamnya. Inilah
persembahan yang harum bagi Allah.
Ketika Kain dan Habel
mempersembahkan hasil kerja mereka, persembahan Habel diterima oleh Allah.Habel
mempersembahkan anak sulung kambing dombanya, dan Kain mempersembahkan hasil
tanahnya. Allah berkenan kepada persembahan Habel, tetapi persembahan Kain
ditolak oleh Allah. Mengapa? Apakah karena Allah kita bukan vegetarian sehingga
Dia lebih memilih daging? Tidak. Dalam Kej. 4:3-5, Alkitab mengatakan bahwa Kain
mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya. Sebagian sebenarnya bisa
diterjemahkan seadanya, apa adanya. Jadi Kain hanya memberikan apa adanya saja,
yang ala kadarnya, bukan yang terbaik, bukan yang total. Kain menganggap remeh
persembahan kepada Tuhan, ia tidak mempersiapkan persembahannya dengan baik,
dengan sungguh-sungguh. Memberi yang seadanya itu menunjukkan bahwa Kain tidak
sungguh-sungguh dalam memberi kepada Tuhan. Sedangkan Habel, ia mempersembahkan
anak sulung dombanya. Dalam tradisi Yahudi anak sulung adalah lambang dari yang
terbaik. Melalui ini juga Allah telah
menunjukkan betapa Ia mengasihi kita, betapa Ia mencintai kita, sehingga Ia
mengorbankan Anak Sulung Nya untuk menebus kita.
Habel memberi yang terbaik kepada
Tuhan, ia mempersiapkan persembahan kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Kambing dombanya yang terbaik tidak dinikmatinya sendiri, tidak disayangkan
sendiri, tetapi ia persembahkan kepada Tuhan Semesta Alam. Inilah alasannya
mengapa Tuhan berkenan kepada persembahan Habel dan menolak persembahan Kain.
Janda miskin ini juga memberi yang
terbaik. Ia memberi dari kekurangannya. Ia memberi dari seluruh nafkahnya, yang
setelah memberi mungkin ia tidak memilikinya lagi, itu adalah persembahan “anak
sulung” yang ia miliki. Memberi seluruh nafkah itu
menunjukkan bahwa janda miskin memberi dengan total, memberi yang terbaik yang
ia miliki. Ini tidak berarti kita harus memberi seluruh uang kita, seluruh
harta kita, tidak. Tetapi ini mengajarkan kita untuk memberi yang terbaik bagi
Tuhan, memberi yang total kepada Tuhan.
Refleksi:
Sering kali kita takut dalam memberi
kepada Tuhan. Kita tidak memberi yang terbaik, kita tidak memberi dengan hati
yang total, ini menunjukkan keraguan kita kepada pemeliharaan Tuhan. Banyak hal yang kita simpan untuk diri sendiri, banyak hal yang kita
sayangkan dalam hidup ini yang kita tidak mau persembahkan kepada Tuhan. Waktu,
diri sendiri, masa depan, dll. Kita berpikir bahwa jika kita persembahkan maka
itu akan diambil dari kita selamanya.
Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang
kita miliki yang bisa kita berikan kepada Tuhan. Segala sesuatu yang kita
miliki adalah dari Tuhan. Kita bisa memberi itu bukan karena kita memiliki,
tetapi kita telah diberi terlebih dahulu oleh Tuhan. Dalam Roma 12:1 Rasul
Paulus menasehatkan: “karena itu saudara-saudara, aku menasehatkan kamu supaya
kamu mempersembahkan hidupmu.....”. “Karena itu...” Karena apa? Karena ayat
sebelumnya, yaitu Rom. 11:36, karena segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh
Dia, dan kepada Dia. Inilah alasan mengapa kita mempersembahkan sesuatu kepada
Tuhan, yaitu karena segala sesuatu adalah bagi Dia, oleh Dia dan kepada Dia.
Tuhan telah mencurahkan berkatnya
berlimpah-limpah tak terhitung kepada kita, dan sebagai ucapan syukur kita kita
hanya mengembalikan sebagian kecil dari apa yang telah kita terima dari Dia.
Tapi seringkali kita pelit, perhitungan dalam memberi kepada Tuhan. Inilah yang
terjadi dengan kita. Kita adalah manusia yang tidak tahu diri.
Bayangkan bagaimana jika Tuhan
hitung-hitungan dengan
kita. Karena oksigen mahal, satu tabung
jutaan rupiah, maka sehari cukup kasih 30 menit oksigen saja. Sisanya 1410
menit engkau napas pakai apa? Kalau 1410 menit itu kita tidak mendapatkan oksigen bagaimana kira-kira keadaan kita? Saya hanya tahu ada seorang penyelam Jerman, Tom Sietas yang memecahkan
rekor dunia mampu menahan napas hingga 8 menit 58 detik, tapi saya belum pernah
dengar yang mampu lebih dari itu, apalagi 1410 menit?
Melalui Firman Tuhan hari ini, kita
belajar tentang persembahan yang berkenan kepada Tuhan. Persembahan (sacrifice) itu
adalah salah satu aspek penting dalam iman Kristen.
Jika kita belum kristen atau belum mengerti arti persembahan maka engkau tidak perlu
memberi persembahan. Tetapi jika kita adalah orang
kristen dan sudah tahu arti persembahan tetapi tidak mau memberi persembahan, kita berdosa dihadapan Tuhan.
Ada banyak bentuk persembahan, saat
ini kita mengenal adanya persembahan diakonia, misi, persepuluhan, dll. Selama
ini saya melihat laporan keuangan Komisi Remaja, hanya 16% an anak Remaja yang
setia memberi persembahan persepuluhan.
Bayangkan, 16%, itu hanya sekitar 23 orang dari 140an orang. Di mana yang lain?
Apa itu
persepuluhan?
Persembahan persepuluhan ini adalah
10% dari berkat yang telah kita terima dari Tuhan kita kembalikan kepadaNya,
itu adalah nilai yang Tuhan kehendaki.
Untuk apa?
Dalam sejarah PL, persepuluhan ini
adalah dikumpulkan bagi orang-orang Lewi yang tidak mendapat warisan, yang
dikhususkan untuk melayani di bait Allah secara penuh waktu. Jadi seluruh hidup
mereka adalah bagi pelayanan di bait Allah. Jadi ada 11 suku Israel lainnya,
mereka memberi 10% dari berkat yang mereka terima. Ada dua suku kecil yang
digabungkan menjadi satu, jadi totalnya ada 10 suku. Sehingga bani Lewi itu
memperoleh 100 %, tetapi mereka sendiri juga memberi 10% dari apa yang mereka
terima dari saudara-saudaranya, sehingga semua memiliki 90%. Ini adalah prinsip
yang ditetapkan Tuhan, suatu prinsip yang adil.
Untuk masa kini, persepuluhan adalah
bagi orang-orang yang melayani Tuhan sepenuh waktu, yang mengabdikan seluruh
hidupnya untuk pelayanan gerejawi (hamba Tuhan, misionaris, dll.) Selain itu
juga bagi anak-anak yatim dan janda-janda miskin.
Perlukah kita
memberi persepuluhan?
Karena itu yang dikehendaki Tuhan,
maka jawabannya adalah perlu. Sekalipun kita masih remaja, belum memiliki
pekerjaan, belum memiliki penghasilan, tetapi itu bukan berarti kita tidak
mendapatkan berkat Tuhan bukan?
Banyak berkat yang Tuhan curahkan
kepada kita melalui orang tua, saudara, dll. yang bisa kita kembalikan
sepersepuluhnya sebagai persembahan kepada Tuhan. Marilah kita dari masa muda ini belajar untuk berkorban, memberi
persembahan kepada Tuhan, dengan pengertian dan motivasi yang benar; yaitu
karena segala sesuatu adalah bagi Dia, oleh Dia, dan kepada Dia. Segala
kemuliaan hanya bagi Allah, Bapa kita. Amin.
BAB
IV
KESIMPULAN
Mengarahkan
hidup kepada Tuhan tentu saja bukan hanya sekedar mengikut Dia, tetapi juga
memberi hidup kita sebagai persembahan syukur kepadaNya, karena Dia telah terlebih
dahulu mempersembahkan tubuhNya sebagai korban penebusan bagi dosa kita.
Yesus
memberikan pelajaran tentang bagaimana Allah menilai pemberian.
- Pemberian yang berkenan dihadapan
Tuhan tidak ditentukan oleh besarnya jumlah yang diberikan, namun oleh
jumlah pengorbanan yang terlibat dalam pemberian tersebut. Pemberian
seorang kaya tidak menuntut pengorbanan karena memberi dari kelimpahan,
sedangkan pemberian janda miskin menuntut pengorbanan yaitu segala yang
ada dari padanya.
- Prinsip ini dapat diterapkan dalam
pelayanan masa kini . Tuhan menilai pekerjaan pelayanan bukan berdasarkan
ukuran atau pengaruh keberhasilannya tetapi berdasarkan kadar pengabdian,
pengorbanan, iman, dan kasih yang tulus yang terlibat didalamnya.
Yesus tidak memuji karena kuantitas tetapi jg kuantitas. Dengan
kisah persembahan janda miskin, dapat
lebih dipahami hakekat dari memberi. Apa yang dipercayai akan mempengaruhi
apa yang dilakukan, dan cara untuk bertindak akan dipengaruhi oleh apa yang
dipercayai.
Dalam hal ini kelimpahan datang bukan karena giat bekerja,
namun melatih iman dengan memberi apa yang kita punya kepada Tuhan. Pengorbanan
yang kita berikan kepada Tuhan sekecil apapun Ia hargai. Dengan melatih memberi
maka pada saatnya Tuhan akan melimpahkan berkatnya kepada kita dengan berkat
yang abadi dan tidak pernah habis. Pengorbanan dalam meberi adalah suatu bentuk
ketulusan yang Tuhan nilai dengan serius. Ia mengajarkan kepada umat-Nya untuk
mengasihi Tuhan Allahnya dengan pemberian yang kita mampu lakukan.
Bila Yesus mengajak para murid memperhatikan perilaku seorang
janda miskin, Yesus mengajak kita untuk melihat seseorang yang dalam pandangan
orang Yahudi amat sangat tidak terpandang, orang-orang yang tidak masuk dalam
hitungan. Mungkin juga dijauhi orang-orang dan tidak disapa,tapi ia berharga
dimata Allah.
BAB
V
DAFTAR
PUSTAKA
, Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006.
, Ensikopedia Alkitab Masa Kini Jillid I. Jakarta: IKAPI DKI Jakarta, 2008.
, Ensikopedia Alkitab Masa Kini Jillid 2. Jakarta: IKAPI DKI Jakarta, 2008.
Henry,
Matthew. Injil Markus. Surabaya: Momentum, 2007.
Ho,
Benny. Managing Money God’s Way. Yogyakarta: ANDI Offset, 2010.
Rhoads,
David. Injil Markus sebagai Cerita. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
Avanzini,
John. Kunci Kearah Hidup Berkelimpahan, Lebih Dari Cukup. Surabaya:
YAKIN, 1985.
Hartman,
Jack. Percayakanlah Keuangan Anda Pada Allah. Yogyakarta: ANDI
Offset, 2000.
Mboi,Nafsiah.Perempuan
Dan Pemberdayaan. Jakarta:Program Studi Kajian Wanita,1997.
Scougal,
Henry & Robert Leighton. GOD’S Abundant Life. Surabaya:
Momentum, 2005.
Hartman,
Jack. Percayakanlah Keuangan Anda Pada
Allah. (Yogyakarta: ANDI Offset, 2000), hlm.70.