Selasa, 04 Oktober 2011

Pena kezia-2


Allah Tak Pernah Salah Memilih
Aku lahir disebuah desa bernama Anatot yang terletak disebelah utara Yerusalem. Ayahku bernama Hilkia yang menjabat sebagai seorang imam. Ya, itu mungkin sebabnya akupun sepertinya mewarisi sikap ayahku untuk menjadi pelayan Tuhan. Sebelum aku menjadi seperti sekarang ini, aku hanyalah seorang anak muda yang tidak tahu apa – apa.
Waktu itu, aku mendengar suara yang begitu menggetarkan hatiku. Sepertinya aku belum pernah mendengar suara yang begitu berwibawa dan lembut namun membuat hatiku bergetar sebelumnya. Ia mengatakan telah memilihku sejak dalam rahim ibuku. Bahkan Ia berkata bahwa Ia telah mengenalku sebelum aku keluar dari kandungan ibuku. Dan Ia yang menjadikan aku nabi bagi bangsa – bangsa. Mendengar hal itu aku berpikir bahwa itu adalah hal konyol karena bagiku hal itu tidak mungkin terjadi padaku. Siapa aku ini? Hanya seorang anak yang masih terlalu muda untuk mendapatkan jabatan nabi besar seperti itu. Ayahku mungkin lebih berhak dari pada aku karena ia seorang imam dan tentu saja pengalamannya bersama Tuhan lebih banyak dari pada aku seorang anak ingusan yang hanya bisa bergantung pada orang tuaku. Tetapi agaknya Ia yang berfirman kepadaku itu mengerti semua isi hati dan pikiranku. Ia memerintahkan kepadaku supaya aku tetap melaksanakan apa yang Ia perintahkan kepadaku.
Ditengah kebimbangan itu, Ia meneguhkanku dengan janji penyertaan-Nya. Tiba – tiba seperti ada tangan lembut yang menyentuh bibir mungilku danseperti embun yang menetes di bibirku ada sesuatu yang Ia taruh dalam mulutku. Kurasakan ada yang berbeda yang membuat pandanganku berubah. Aku seperti melihat sesuatu yang sebenarnya diluar khayalanku. Ia bertanya,”Apa yang kau lihat?”. Aku melihat sebatang pohon badam, tapi apa artinya ini untukku. Rupa – rupanya aku teringat bahwa nabi yang hidup dalam zamanku juga mengalami hal yang demikian, dan baru aku tersadar bahwa ini adalah penglihatan yang Tuhan berikan kepadaku. Dan yang kedua kalinya ku melihat sebuah periuk mendidih dari sebelah utara. Ternyata ini adalah tanda yang dari pada Dia untuk memperingatkan umatnya yang di Yerusalem bahwa akan ada peperangan besar yang melanda mereka. Dan tugasku adalah memberitahukan kepada umatNya supaya mereka jangan gentar karena Allah mereka yang akan berperang untuk mereka. Aku tercengang, betapa hebatnya Tuhan bahkan Ia memakai aku seorang muda untuk menjadi alat-Nya. Mulai saat itu aku melakukan apa yang Ia kehendaki dalam hidupku dan aku berusaha jujur dengan apa yang aku lacuna. Bahkan sekiranya ada kesalahanku dalam sesuatu hal, aku mengakuinya dihadapan Ia yang mengutus aku.
Sahabat ini adalah kisah seorang nabi yang bernama Yeremia. Kisah ini diambil dari Yeremia 1:4-19. Yeremia masih sangat muda ketika ia dipilih oleh Allah untuk menjadi alat-Nya. Dengan kerendahan hati sekalipun ia mengakui bahwa banyak kekurangan dan ketidaklayakannya untuk melayani Allah yang kudus namun ia tetap taat akan apa yang Tuhan perintahkan kepada-Nya.
Sahabat, kita belajar dari Yeremia, sekalipun kita mungkin masih muda atau tidak pandai berbicara atau kekurangan – kekurangan lainnya yang ada dalam diri kita tetaplah pada jawaban “ya” pada setiap panggilan Allah akan setiap kehidupan kita. Karena lewat kekurangan – kekurangan dan kelemahan kita itu kuasa Allah yang akan dinyatakan dalam kehidupan kita dan kemuliaan-Nya yang akan tampak lewat hidup kita. So, mari sahabat miliki kerendahan hati untuk mau setia dan taat serta merespon panggilan dari Dia yang membentuk kita dan memilih kita, karena Ia tidak pernah salah pilih !
God Bless