Kamis, 07 Maret 2013

psikologi dan pendidikan anak




KENAKALAN REMAJA DAN CARA PENANGGULANGANNYA



BAB I

PENDAHULUAN


Fase hidup manusia berawal dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orang tua. Hal ini, tidak lebih merupakan suatu proses yang wajar dan berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa “peralihan”. Masa peralihan tersebut adalah perubahan dari masa kanak-kanak menuju tingkatan yang lebih dewasa. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya. Remaja ini, sering melakukannya melalui metode coba-coba, walaupun melalui banyak kesalahan.
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan kedewasaan. Pada masa remaja, seorang anak yang baru mengalami pubertas, seringkali menampilkan beragam gejolak emosi. Beragamnya emosi yang ada, muncul dalam bebagai bentuk, misalnya: sikap menarik diri dari keluarga, kurang percaya diri, mudah marah, bergaul terlalu bebas, dan lain sebagainya. Hal tersebut berdampak pada lingkungan keluarga, sekolah, maupun pertemanannya.
Di era modern ini, kenakalan remaja sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat pada tindakan-tindakan kriminal. Hal ini menambah panjang daftar kriminalitas di Indonesia. Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Bila hal tersebut dibiarkan maka akan muncul berbagai dampak negatif lainnya. Dengan adanya dampak negatif yang ditimbulkan, maka perlu adanya usaha untuk menanggulanginya. Oleh sebab itu, untuk memahami masalah kenakalan remaja dan bagaimana cara penanggulangannya, Penulis akan membahasnya dalam karya tulis ini.

BAB II

PEMBAHASAN


Untuk memahami lebih jauh tentang kenakalan remaja maka perlu diketahui beberapa hal sebagai berikut:
  1. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja bukanlah perbuatan kurang baik, tidak menurut, suka mengganggu dan lain sebagainya. Kenakalan remaja adalah perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh seseorang di usia remajanya.[1] Rentang pelanggaran hukum yang dilakukan sangat luas. Hal ini meliputi pelanggaran kecil, misalnya: membuang sampah tidak pada tempatnya, sampai ke pelanggaran besar yaitu membunuh.[2] Jadi, luasnya konsep kenakalan remaja bergantung pada hukum yang berlaku di lingkungan mereka, termasuk hukum khusus untuk remaja.
Dari hal tersebut muncul adanya istilah kenakalan remaja dan kejahatan remaja. Perbedaan antara kenakalan remaja dan kejahatan remaja terdapat dalam bentuk pelanggarannya. Kenakalan remaja merupakan perbuatan yang melanggar norma budaya bagi remaja. Misalnya: merokok, minum-minuman keras, berjudi, berhubungan seks, keluar pada “jam malam” dan lain sebagainya. Sedangkan kejahatan remaja adalah perilaku yang melanggar bukan hanya budaya tetapa hukum yang berlaku secara universal. Misalnya: pencurian, perampokan, pembakaran dan lain-lain. Jumlah kenakalan remaja tidak dapat dipastikan, mengingat modermisasi yang terus menerus berkembang. Namun, dapat diprediksikan bahwa kenakalan remaja terus menerus meningkat dari waktu ke waktu meningat adanya berbagai macam kasus kenakalan remaja yang semakin banyak ditemukan di Indonesia.
Sebelum memahami kenakalan remaja lebih lanjut perlu diketahui golongan yang disebut remaja memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.[3] Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat juga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai figure panutannya.
2.      Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat.[4] Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas.
3.      Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
   Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
4.      Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
Dari uraian di atas, dapat disipulkan bahwa kenakalan remaja adalah suatu perilaku menyimpang dari norma yang ada di lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekollah maupun lingkungan tempat tinggal.


  1. Ciri-ciri Kenakalan Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam lingkungannya. Beberapa ciri-ciri munculnya kenakalan remaja adalah :
1.      Membantah perintah orang tua.
2.      Mulai berbohong demi kepentingannya sendiri atau kepentingan pergaulannya dalam suatu komunitas.
3.      Melanggar norma yang berlaku di keluarga dan lingkungan.
4.      Memunculkan perilaku yang tidak sewajarnya dilakukan.
Dalam hal ini yang bertanggung jawab menolong remaja dalam proses pencarian jati dirinya adalah pihak orang tua, pendidik dan konselor Kristen (gereja). Dasar Alkitab mengapa remaja perlu dibimbing dan dididik adalah agar mereka tidak melakukan penyimpangan pada mas tuanya, seperti yang terdapat padan nats berikut ini:

 “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” (Amsal 22:6).[5]

  1. Jenis-jenis Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja memiliki bermacam-macam bentuk. Menurut Alan Ros, ada 3 bentuk kenakalan remaja:
1.      Kenakalan Implusif
Kenakalan ini terjadi karena remaja tidak dapat mengendalikan diri pada daya tarik objek kenakalan, walaupun remaja tersebut tahu bahwa hal itu salah. Namun, karena objek itu sangat menarik dan ia mengira kemungkinan besar tidak ketahuan, maka ia melakukannya juga.[6]
2.      Kenakalan Sosialisasi
Kenakalan bentuk ini adalah kenakalan remaja yang muncul karena kurang sosialisai. Kenakalan ini terjadi karena remaja belum mengembangkan pengendalian batin untuk tidak melakukan perbuatan antisosial.[7] Kenakalan aseperti ini biasanya disebabkan karena keluarga gagal mensosialisasikan anak karena tidak menyalahkan tindakan antisosial dan mengaburkan perbedaan antara yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.
3.      Kenakalan Sosial
Kenakalan sosial yaitu kenakalan remaja karena mengikuti norma dan standart teman sebaya atau anggota kelompoknya.[8] Pelaku kenakalan ini mungkin sudah mengembangkan kemampuan mengendalikan perbuatannya, namun ia menyerah kepada norma lingkungan sosialnya yang antisosial dan bertentangan dengan tujuan dan norma lingkungan sosial yang lebih luas.

D. Faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja
      Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun
faktor dari luar (eksternal).
1. Faktor internal:
a.  Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.[9]
b. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan control diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2. Faktor eksternal:
a.  Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b.  Teman sebaya yang kurang baik
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Apabila hal ini tidak dapat dikendalikan, pergaulan tersebut pada akhirnya akan menimbulkan kekecewaan. Sebab kawan dari kalangan tertentu mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si remaja berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotika, minuman keras, dan lain sebagainya.
c.   Komunitas
Dalam hal ini, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak dipengaruhi oleh komunitas lingkungan sekolah dan tempat tinggal. Komunitas yang kurang baik merangsang munculnya sikap-sikap yang kurang baik pada anak.[10] Pada akhirnya anak mengalami penyimpangan norma yang selanjutnya disebut sebagai kenakalan remaja.

E. Cara Penanggulangan Masalah Kenakalan Remaja
Masalah kenakalan remaja sebenarnya bukan hanya menjadi tanggung jawab remaja itu sendiri tetapi berbagai pihak. Penanganan masalah remaja yang muncul tidak dapat dilakukan secara instan, melainkan ada langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh para orang tua, pendidik, maupun konselor Kristen. Langkah-langkah dalam penanggulangan masalah remaja tersebut adalah:
1.      Mengidentifikasi masalah
Untuk mengetahui masalah yang akan timbul, maka perlu diadakan identifikasi masalah pada kenakalan remaja. Identifikasi masalah ini berguna untuk menolong konselor (baik pihak orang tua, pendidik maupun konselor Kristen), dalam menemukan masalah-masalah kecil yang timbul. Masalah-masalah kecil ini, apabila dibiarkan akan memicu masalah-masalah lain yang lebih besar. Oleh sebab itu sebelum masalah tersebut berlarut-larut maka dilakukan identifikasi masalah pada remaja.
Pihak konselor perlu melihat, apakah ada hal-hal yang menghambat remaja dalam belajar, bergaul, ataupun bersosialisasi dengan lingkungannya. Bila ada, segera dilakukan tahap berikutnya, yaitu mendiagnosa ciri kenakalan remaja apa yang muncul, yang ditimbulkan dari kesulitan-kesulitan yang dialami oleh remaja tersebut.
2.      Melakukan diagnosa terhadap ciri-ciri kenakalan yang muncul.
Diagnosa ini berfungsi untuk memprediksi munculnya kenakalan remaja yang akan dilakukan. Diagnosa dilakukan dengan melihat pelanggaran-pelanggaran dan penyimpangan-penyimpangan kecil yang dilakukan oleh remaja. Dengan mendiagnosa lewat ciri yang dimunculkan oleh remaja, maka pihak konselor akan dapat melakukan tindakan preventif terhadap remaja tersebut.
3.      Mengantisipasi (Preventif).
Setelah memahami bentuk-bentuk kenakalan remaja yang akan muncul melalui proses diagnosa, maka berikutnya dapat dilakukan usaha pencegahan lewat antisipasi yang dilakukan oleh pihak konselor. Antisipasi ini dapat dilakukan dengan memberikan nasihat-nasihat, penyuluhan akan bahaya free sex, alkohol, narkotika, dan lain sebagainya.
4.      Menyembuhkan (Kuratif).
Usaha kuratif dilakukan apabila remaja yang dikonselingi telah terlanjur melakukan bentuk-bentuk kenakalan remaja. Usaha penyembuhan yang dapat ditempuh adalah dengan mengkonselingi anak secara pribadi dan mendampingi anak dalam bentuk-bentuk pergaulan yang ia lakukan. Bila hal ini dirasa kurang cukup, anak dapat dimasukkan ke dalam tempat rehabilitasi narkoba, alkohol, dan tempat lainnya, yang dipandang dapat membantu dalam usaha penyembuhan tersebut. Namun, konselor tetap harus memberikan dukungan dan memantau perkembangan remaja.

5.      Memantau perkembangan anak.
Bila langkah-langkah diatas telah ditempuh, maka yang tidak kalah pentingnya adalah memantau keseluruhan kegiatan remaja. Dalam memantau ini bukan berarti konselor memagari konseli dengan aturan-aturan yang sebegitu rupa, tetapi konselor mengawasi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan yang diambil oleh remaja, agar disesuaikan dengan bakat dan minatnya. Selain itu, kehidupan remaja adalah suatu proses, sehingga tidak dapat dibiarkan tanpa adanya pemantauan yang berkesinambungan.


BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dari uraian dan berbagai macam penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja merupakan suatu sikap pelanggaran terhadap norma budaya yang ada di lingkungannya, baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat sekitarnya. Kenakalan remaja sendiri ada tiga macam, yaitu Kenakalan Implusif, Kenakalan Sosialisasi dan Kenakalan Sosial. Kenakalan Implusif terjadi karena remaja tidak dapat mengendalikan diri pada daya tarik objek kenakalan, walaupun remaja tersebut tahu bahwa hal itu salah. Kenakalan Sosialisasi muncul karena kurangnya sosialisasi dari orang tua terhadap anak, mengenai peraturan norma-norma dan budaya yang berkembang di lingkungan remaja tersebut. Sedangkan Kenakalan Sosial muncul karena remaja mengikuti norma dan standart teman sebaya atau anggota kelompoknya.
Kenakalan remaja yang ada disebabkan oleh pengaruh internal dan eksternal. Pengaruh internal berasal dari dalam diri remaja, sedangkan pengaruh eksternal muncul dari lingkungan remaja tersebut. Munculnya kenakalan remaja diawali oleh ciri-ciri dalam diri anak, seperti: membantah perintah orang tua, melanggar norma yang berlaku di keluarga dan lingkungan, dan memunculkan perilaku yang tidak sewajarnya dilakukan. Untuk mencegah kenakalan remaja lebih lanjut, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi ciri-ciri yang muncul dan mengadakan penyelesaian. Penyelesaiannya dapat ditempuh dengan beberapa cara sesuai dengan bentuk ciri kenakalan remaja yang muncul.
Dalam prakteknya, kenakalan remaja berawal dari lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan inti tumbuh dan berkembangnya remaja tersebut. Dalam hal ini orang tua memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja, baik fisik maupun psikis anak. Oleh sebab itu, perkembangan remaja dan masalah kenakalan remaja bukan semata-mata menjadi tanggung jawab remaja itu sendiri tetapi juga tanggung jawab orang tua, pendidik, dan juga konselor Kristen yang ada.



B.     Saran
Penulis memberikan saran-saran untuk mencegah munculnya kenakalan remaja sebagai bentuk penanggulangan dini bagi anak. Langkah yang ditempuh dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
  1. Pihak orang tua hendaknya memberikan perhatian terhadap pergaulan anak. Dengan demikian para orang tua dapat mengontrol tindakan-tindakan anak yang dipandang akan mengarah pada hal-hal tindak kenakalan remaja, sehingga dapat dialihkan kepada hal-hal yang benar dan bermanfaat.
  2. Pihak Pendidik hendaknya memberikan penyuluhan terhadap anak mengenai bahaya kenakalan remaja.
  3. Pihak gereja dalam hal ini konselor Kristen, hendaknya memberikan pemahaman terhadap norma-norma dan penanaman nilai-nilai Kristiani berkenaan dengan sikap remaja. Selain itu pengenalan dan pemahaman akan bahaya dosa juga perlu disertakan sebagai wujud sanksi yang adil yang berasal dari Tuhan, yang tidak boleh dilanggar oleh remaja tersebut.
Bila kolaborasi antar pihak dapat terjalin dengan baik, maka diharapkan masalah kenakalan remaja dapat berkurang. Berkurangnya kenakalan remaja bergantung pada pihak-pihak yang mau menolong para remaja tersebut yang sedang dalam masa pencarian jati diri.


DAFTAR PUSTAKA



, Alkitab. Jakarta: LAI, 2006.

Gunarso, Singgih D. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Gramedia,1988.

John W., Santrock. Adolescence An introduction (Dubuque: Wm. C. Brown Company Publisher, 1982), 566.

Joshepson, Michael S. dkk. Menumbuhkan 6 Sikap Remaja Idaman (Panduan Bagi Orang Tua). Bandung: Kaifa, 2003.

Kartono, Kartini. Psikologi Remaja. Bandung: PT. Rosda Karya,1988.

Meier, Paul dan Jan Meier. Menjadi Remaja Yang Bahagia. Yogyakarta: ANDI Offset, 2001.

Narramore, Bruce. Mengapa Anak-anak Berkelakuan Buruk. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999.

Otis, Don S. Membina Anak Bermoral. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003.

Subagyo, Andreas B. Tampil Laksana Kencana. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003.

Surbakti, EB. Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2008.







[1] Andreas B. Subagyo, Tampil Laksana Kencana (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003), 113.
[2] Santrock John W., Adolescence An introduction (Dubuque: Wm. C. Brown Company Publisher, 1982), 566.
[3] Singgih D. Gunarso, Psikologi Perkembangan. (Jakarta: PT. Gramedia,1988), 67.
[4] Ibid., 68.
[5]                 , Alkitab(Jakarta: LAI, 2006), 702.
[6] Santrock, Adolescence An introduction. . . , 115.
[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] Bruce, Narramore. Mengapa Anak-anak Berkelakuan Buruk (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), 89.
[10] Don S. Otis, Membina Anak Bermoral (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003), 55.