BAPTISAN DALAM ALKITAB DAN MASA SEKARANG
A.
Pengertian Baptisan
Allah
telah merancangkan karya penyelamatan terhadap umat-Nya. Karya penyelamatan
tersebut dilakukan dengan mengadakan suatu perjanjian antara manusia dengan
Allah. Untuk mengalami karya penyelamatan Allah, umat-Nya harus masuk dalam
perjanjian-Nya.
- Dalam Perjanjian Lama (PL)
Dalam
Perjanjian Lama, Perjanjian Allah dinyatakan melalui Abraham dengan tanda sunat
(Kej.17), tetapi sunat itu sendiri tidak menyelamatkan. Yang menyelamatkan
adalah iman, karena berkat Tuhan juga diturunkan kepada keturunan Abraham
sebagai Bapa orang percaya. Sunat yang secara fisik berarti membuang kulup
kelamin melambangkan kesediaan membuang dosa sebagai lambang pengampunan dosa
dari Allah, namun sunat kelamin tidak berarti bila tidak ada sunat hati
(Ul.10:16).[1]
Sunat hati akan dikerjakan oleh Tuhan sebagai bentuk umat mengasihi Tuhan
(Ul.30:6). Demikian juga nabi Yeremia mengatakan agar umat bersunat hati agar
tidak mendatangkan murka Tuhan (Yer.4:4).
-
Dalam Perjanjian Baru (PB)
Dalam Perjanjian Baru, tanda sunat
itu telah digantikan dengan baptisan (Kol 2:11-12). Baptisan memiliki makna:
1. Baptisan
sama dengan sunat melambangkan pembersihan dari dosa. Baik baptisan air maupun
sunat hanya tanda lahiriah yang harus disertai dengan pertobatan di hati.
2. Baik
sunat maupun baptisan memiliki arti memasukkan umat ke dalam perjanjian Allah,
atau dalam istilah PB sebagai tanda persekutuan dengan Yesus (Rom.6:5).
Baptis
bahasa Yunaninya baptw (bapto) memiliki arti meletakkan sesuatu di bawah permukaan zat cair, mencelup (ke dalam),
menenggelamkan, membenamkan, mewarnai sesuatu dengan mencelup, dan memercik.[2] Hal inilah yang mendasari munculnya berbagai
macam bentuk atau cara membaptis. Baptisan melambangkan pembersihan dosa. Dasar dari baptisan itu
sendiri adalah iman. Baptisan merupakan kehendak Tuhan (Matius
3:15), tanda
pertobatan (Matius 3:11), dan tanda pengampunan dosa serta penerimaan Roh
Kudus (Kispar 2:38). Dasar dari baptisan adalah amanat Tuhan
Yesus (Mat 28:19).
Dalam ayat ini juga dinyatakan bahwa landasan baptisan adalah ‘dalam nama Bapa,
Anak dan Roh Kudus’.
B.
Baptisan Yohanes
Yohanes
Pembaptis merupakan figur seorang yang mewartakan pertobatan dan mengundang orang
yang bertobat untuk dibaptis. Pewartaan dan undangan ini umumnya ditanggapi
secara positif. Injil Markus
menceritakan bahwa orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk
Yerusalem datang kepadanya dan sambil mengaku dosa mereka dibaptis olehnya di
sungai Yordan (1:5). Menurut versi Matius, bukan hanya penduduk Yerusalem
melainkan juga “seluruh Yudea dan seluruh daerah sekitar Yordan” datang
kepadanya dan sambil mengaku dosa mereka dibaptis olehnya di Sungai Yordan
(3:5-6). Lukas juga menegaskan hal yang sama ketika berkata bahwa “orang
banyak” (3:7, 10) dan “seluruh orang banyak” (3:21), termasuk para pemungut
cukai (3:12) dan para prajurit (3:14) datang untuk dibaptis. Diyakini bahwa
Yohanes membaptis dengan baptisan selam.
Arti penting baptisan Yohanes Pembaptis
adalah:
1. Baptisan
Yohanes merupakan baptisan pertobatan. Baptisan semacam inilah yang dilukiskan
oleh Markus dan Lukas sebagai “baptisan pertobatan untuk pengampunan dosa” (Mrk
1:4; Luk. 3:3). Lukisan ini tidak berarti bahwa baptisan dipandang sebagai
sarana yang diperlukan supaya Allah mengampuni dosa-dosa kita. Pengampunan yang
diberikan oleh Allah itu harus dilihat sebagai dampak dari pertobatan dan bukan
dampak dari pembaptisan (bdk. Luk. 24:47; Kis. 3:19; 5:31; 10:43; 11:18; 26:18).
Dengan demikian, baptisan Yohanes harus dilihat sebagai tindakan simbolis yang
mengungkapkan pertobatan.
2. Baptisan
Yohanes merupakan persiapan bagi pembaptisan Mesias, Yesus yang akan datang
lebih berkuasa daripada Yohanes. Sementara Yohanes menawarkan baptisan air
sebagai suatu tanda lahiriah dari pertobatan, Yesus akan membaptis dengan Roh
Kudus dan dengan api (Mat. 3:11/Luk 3:16). Di sini “baptisan dengan Roh Kudus
dan dengan api” tidak dimaksudkan untuk mengacu pada kedatangan Roh Kudus atas
para murid seperti yang terjadi pada waktu Pentakosta (Luk. 2:1-4), tetapi
untuk mengacu pada peran Yesus sebagai hakim eskatologis untuk seluruh bangsa
(Mat 25:31-46).
-
Baptisan Yohanes terhadap Tuhan Yesus
Diceritakan
bahwa Yesus datang dari Galilea ke sungai Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis
olehnya. Kedatangan Yesus itu diprotes oleh Yohanes sendiri dengan berkata,
“Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, namun Engkau yang datang kepadaku?” (Mat.
3:14). Protes ini mungkin dilandasi oleh keyakinan bahwa Yesus yang tidak
berdosa (2Kor.5:21; Ibr. 4:15; 1Ptr. 2:22) tidak pantas untuk menerima baptisan
pertobatannya. Dengan dibaptis oleh Yohanes, Yesus yang tidak berdosa mau
mengidentifikasikan diri-Nya secara penuh dengan kemanusiaan kita yang penuh
dengan dosa. Selain itu, kita bisa katakan bahwa baptisan Yesus itu bukan
baptisan pertobatan melainkan suatu momen pewahyuan kuasa dan kehadiran Allah
dalam pribadi Yesus Kristus. Kuasa dan kehadiran Allah itu dilukiskan dalam
bentuk simbol-simbol seperti burung merpati turun ke atas-Nya, dan suara dari
surga (Mrk. 1:10-11).
C.
Baptisan
dalam Kisah Para Rasul
Baptisan dalam Kisah Para Rasul sering disebut dengan Baptisan Roh.
Landasan ayatnya adalah Kis 10:44-45.
"Ketika
Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang
mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya dari golongan bersunat
yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh
Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga."
Orang yang
dibaptis dengan Roh akan kepenuhan oleh Roh. Manifestasi dari kepenuhan Roh
adalah berbahasa Roh (Kis 2:4,18;
10:45-46; 19:6), mendapat penglihatan (2:17), bernubuat (2:18), dan
melakukan mujizat (2:19). Dampak dari baptisan dalam Roh adalah meningkatkan
kesadaran akan kehadiran Roh Kudus dan memperkuat keinginan kita untuk menaati
pimpinan-Nya.
Baptisan Roh yang disinggung
oleh Yohanes Pembaptis dalam Matius 3:11b dengan kata-kata "Baptisan roh kudus dan
api" baru diberikan kepada yang bersangkutan oleh Yesus bilamana dia
setelah pertobatannya itu benar-benar melaksanakan Kehendak ALLAH yaitu:
1. Dengan segenap
hati dan jiwanya mengaku percaya bahwa Yesus adalah Tuhan (Yohanes
13:13), Mesias,
Anak ALLAH yang hidup (Matius 16:16), karena yang mampu menyelamatkan umat
manusia adalah Yesus seorang (Kisah Para Rasul 4:12, Yohanes 14:6).
2. Dengan
segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budinya mengasihi ALLAH (Markus 12:30).
3. Mengasihi
sesama manusia seperti dirinya sendiri (matius 22:39).
D.
Gereja
Masa Kini yang Melayani Baptisan
1. Baptisan
Air
-
Baptis Percik
Kata “baptizw“
dan “baptizein” tidak bisa menjadi alasan utama untuk menentukan satu-satunya
cara yang sah dalam pembaptisan. Dalam faktanya, adanya aneka-arti untuk kata
“baptizw“ dan “baptizein”. Beberapa bagian Alkitab, kata “baptizw“ atau
“baptizein” yang dipakai sangat jelas tidak mengandung arti menenggelamkan atau
mencelupkan.[3]
Misalnya, Mark. 7:4, kata yang diterjemahkan sebagai “membersihkan dirinya”
dalam bahasa Yunaninya adalah membaptis yang artinya membasuh (lihat juga Luk.
11:38). Jadi, kata membaptis tidak dapat dipahami dengan pengertian hurufiah
(mencelup, menenggelamkan) melainkan harus dimengerti secara simbolis yaitu
pembasuhan, pembersihan atau penyucian. Ritual penyucian dalam Perjanjian Lama
umumnya dilakukan dengan cara pemercikan darah (Ibr. 9:18-22). Sebab itu,
penyucian yang dilakukan oleh Roh Kudus terhadap manusia berdosa dapat
dilambangkan dengan cara baptisan secara percik.
Alkitab mencatat
bahwa karya Roh Kudus dalam kehidupan manusia selalu digambarkan sebagai ‘turun
dari atas’ atau ‘dicurahkan dari atas’. Nabi Yoel yang bernubuat tentang hari Pentakosta,
melukiskan bahwa pada hari itu Roh Allah akan dicurahkan ke atas manusia (Yoel
2:28-29). Ketika para rasul mengalami penggenapan nubuat ini, mereka semua
dihinggapi oleh “lidah-lidah seperti nyala api” (simbol dari Roh Kudus) yang
turun dari langit (Kis. 2:2-4). Pada saat Tuhan Yesus menerima baptisan air
dari Yohanes maka segera setelah itu, Roh Kudus turun ke atas diri-Nya dalam
bentuk burung merpati (Mat. 3:16, Mark. 1:10, Luk. 21-22). Gerakan ‘turun ke
atas’ atau ‘dicurahkan dari atas’ adalah suatu pola kerja Roh Kudus dalam
membaptis orang percaya. Jadi, hal ini menjadi dasar baptisan percik, yaitu karena
metode kerja dari Roh Kudus sendiri dari atas kebawah. Dalam baptisan percik,
orang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mengucapkan
janji dan kemudian dipercik dengan air.
-
Baptis Selam
Baptis bentuk
kata kerjanya baptizw (baptizo) berarti “selam” atau “ditenggelamkan”.[4]
Hal ini yang mendasari munculnya baptis selam. Para penganut baptisan selam
berkeyakinan bahwa kata Yunani untuk membaptis yaitu “baptizw” (baptizo) atau “baptizein”
(baptizein) selalu bermakna utama mencelupkan atau menenggelamkan ke dalam air.
Berlandaskan arti harafiah kata ini, maka sangat ditekankan bahwa makna literal
ini dengan sendirinya sudah menunjukkan cara baptisan yang tidak lain adalah
dengan diselamkan.
Baptisan
selam menggambarkan identifikasi orang percaya dengan kematian, penguburan dan
kebangkitan Kristus. “Atau
tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus,
telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan
bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti
Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian
juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Roma 6:3-4). Diselam di
dalam air menggambarkan dikuburkan bersama Kristus. Keluar dari dalam air
menggambarkan kebangkitan Kristus. Jadi dalam baptisan selam ini orang yang
dibaptis dimasukkan kedalam air hingga dari ujung rambut sampai ujung kaki
terendam oleh air, dan kemudian dikeluarkan dari air.
2. Baptisan
Bendera
Dasar dari
baptisan bendera adalah Lukas 3:16 yaitu Yohanes hanya melakukan tanda
lahiriahnya, yaitu membaptis dengan air. Sedangkan Yesus melakukan hal rohani
yang disimbolkan oleh baptisan, yaitu membaptis dengan Roh Kudus (dan dengan
api). Penganut baptisan bendera memahami ayat ini bahwa baptisan tidak harus dengan air. Penganut baptisan ini adalah Bala Keselamatan (The Salvation Army).
Mereka mempercayai bahwa setiap orang percaya adalah pasukan tentara Allah. Oleh
sebab itu mereka menggunakan bendera sebagai lambang dari baptisan. Cara
baptisannya adalah dengan mengibarkan bendera disekitar tubuh orang yang akan
dibaptis dan membaptisnya dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.
E.
Liturgi Baptisan
-
Pembukaan dari pendeta yang membaptis
-
Doa untuk sakramen baptisan
: untuk mengawali sakramen baptisan, dengan meminta pertolongan dari Allah.
-
Memanggil orang yang dibaptis: memberikan pertanyaan
berkaitan dengan kesediaannya untuk dibaptis. Dalam sesi ini orang yang
dibaptis harus menjawab dengan tegas dan penuh keyakinan bahwa ia yakin dengan
menjawab “Ya, dengan segenap hati!”.
-
Orang yang dibaptis mengucap janji:
a. Saya percaya
kepada Allah Tritunggal; Bapa, Anak dan Roh Kudus, yang menciptakan langit dan
bumi dan yang telah menyelamatkan manusia dari dosa dan maut.
b. Saya mengaku
bahwa sejak dikandung dan dilahirkan semua manusia berdosa, termasuk saya.
c. Saya
menerima dengan sukacita bahwa saya dikuduskan oleh Tuhan Yesus Kristus melalui
baptisan dan menjadi bagian dari Gereja Tuhan.
d. Saya
bersedia hidup menurut pimpinan Roh Kudus dan berjanji untuk belajar dan
melakukan Firman Tuhan sebagaimana diajarkan Jemaat di sini.
e. Saya
bersedia untuk ditegur oleh Anggota atau Majelis Jemaat jika hidup saya
bertentangan dengan Firman Tuhan.
-
Pendeta kemudian melangsungkan
baptisan dengan memasukkan orang yang dibaptis dikolam. Pendeta memegang
kepala orang yang dibaptis sambil berkata : “Saudara _________ engkau dibaptis
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. AMIN.
-
Doa penyerahan kepada Tuhan: isinya adalah “Ya Roh
Kudus, kiranya terangMu membimbing perjalanan anak ini. Ya, Kristus, kiranya
anak ini bertumbuh dalam gerejaMu yang akan menjadi garam dan terang dunia. Ya,
Allah Bapa, kiranya ciptaanMu ini menjadi sukacita dihadapanMu dan hidup dalam
takut akan Engkau. AMIN.
-
Penutup: Pendeta mempersilahkan orang yang dibaptis
untuk menghadap ke jemaat, dan pendeta berkata: “Saudara-saudara, Terimalah
saudara kita yang baru saja menerima pelayanan tanda baptis kudus ditengah
persekutuan kita sebagai satu tubuh. Bantulah dia/mereka dalam pertumbuhan
imannya”. Kemudian jemaat menjawab “Kami menerima dengan sukacita. AMIN”.
-
Menyanyikan 1 pujian
-
Berkat dan Pengutusan dari
pendeta : Bertolong-tolonganlah
untuk menghadirkan damai sejahtera Allah dalam kehidupan ini. Dan terimalah
berkat Tuhan . . .
Tuhan
memberkati engkau dan melindungi engkau,
Tuhan
menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia;
Tuhan
menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. AMIN.
F.
Kesimpulan
Baptisan memateraikan orang percaya sebagai milik kristus. Hal ini sebagaimana sunat sebagai tanda perjanjian Allah
kepada umat-Nya dalam Perjanjian Lama, baptisan meyakinkan kita akan
janji-janji Allah. Tindakan baptisan merupakan simbol untuk masuk kedalam perjanjian dan suatu tanda
keselamatan.
Baptisan
saat ini diartikan sebagai tindakan yang mau mempercayai dan menerima Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Oleh sebab itu, kita tidak dapat
mempermasalahkan cara baptisannya tetapi makna dari baptisan itu sendiri. Alkitab
tidak pernah berbicara tentang cara pembaptisan. Sebab itu, tidak boleh ada
satu cara yang dimutlakkan (baik selam atau percik atau bendera) dan tidak
perlu ada klaim mengenai satu-satunya
cara yang sah dalam menjalankan baptisan.
G.
Daftar Pustaka
Becker, Dieter. Pedoman Dogmatika. Jakarta: BPK Gunung
Mulia,2001.
Hadiwijono,
Harun. Iman Kristen . Jakarta: BPK
Gunung Mulia,1992.
Niftrile, G.C.
Fan dkk. Dogmatika Masa Kini. Jakarta
BPK Gunung Mulia, 2000.
Porter, R.J. Katekisasi Masa Kini. Jakarta : Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1990.
Rim,
Jeremia. Pelajaran “Dasar Kekristenan Yang Kokoh”. Jakarta: Gereja
Kristen Perjanjian Baru,2006.
Rayburn,
Robert G. Apa Itu Baptisan?. (Terjemahan
oleh Sutjipto Subeno & Ryanti Rachmadi). Jakarta: Lembaga Reformed Injili
Indonesia, 1991.
[1] Harun Hadiwijono, Iman Kristen
(Jakarta: BPK Gunung Mulia,1992).hlm.436.
[2] R.J. Porter MA, Katekisasi Masa Kini (Jakarta : Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1990), hlm.186.
[3] Robert G. Rayburn, Apa Itu
Baptisan?, Terjemahan oleh Sutjipto Subeno & Ryanti Rachmadi (Lembaga
Reformed Injili Indonesia, 1991), hlm.14.
[4] Jeremia Rim, Pelajaran “Dasar
Kekristenan Yang Kokoh” (Jakarta: Gereja Kristen Perjanjian Baru,2006
), hlm. 16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar